Begini Gaya Dosen FK Unismuh Saat Paparkan Teknik Literasi dalam Diklat Ilmiah LKIM PENA

0
Pemaparan Materi Teknik Literasi Oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc.
Pemaparan Materi Teknik Literasi Oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc.

Inspirasi Pendidikan – Makassar Memasuki hari keempat kegiatan Indoor Diklat Ilmiah XIII, Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) Universitas Muhammadiyah Makassar memberikan materi yang sangat menarik kepada Peserta Diklat Ilmiah XIII yaitu Teknik Literasi yang dibawakan oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc. Beliau adalah seorang Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus penulis buku best seller “The Art Of Medicine”. Kegiatan ini berlangsung pada pukul 07.30 sampai dengan 09.30 Wita. Kamis (14/02/2019).

Senam Jari
Senam Jari

Di hadapan sebanyak 89 mahasiswa peserta Diklat Ilmiah XIII LKIM PENA Unismuh Makassar, dr Dito Anurogo MSc memaparkan teknik literasi yang amat fundamental, seperti: dunia ide, strategi mengatasi macet-ide, dosa besar penulis pemula, dan berbagai ranjau kepenulisan. Berbicara tentang dunia ide, Pria kelahiran Semarang dan penulis puluhan buku ini memaparkan secara detail mengenai beragam sumber ide, sumber inspirasi, stimulator (pemicu) ide, sifat atau karakteristik ide, sistematisasi ide, rahasia selalu banjir ide, perbedaan antara kreatif dan kreativitas, serta jurus rahasia menjadi pribadi kreatif.

Pria hobi filateli-numismatik dan peraih puluhan penghargaan nasional-internasional ini mengemukakan bahwa beberapa konsep kepenulisan berdasarkan konsep ide, yakni: religious writing, genious writing, dan creative writing. Dokter literasi digital yang humoris sekaligus organisatoris ini juga memaparkan secara komprehensif tentang tujuh belas ranjau kepenulisan, meliputi: accident, argumentum ad populum, argumentum ad misericordiam, argumentum ad baculum, argumentum ad hominem, argumentum ad verecundiam, ignoratio elenchi, argumentum ad ignorantiam, post-hoc ergo propter hoc, petitio principii, straw man fallacy, bandwagon, fallacy of dramatic instance, reifikasi, slippery slope, fallacies of ambiguity, dan kesesatan metaforis. Contoh paling menarik adalah argumentum ad hominem; seseorang menyerang pribadi atau karakter seseorang, alih-alih memberikan bukti atau mencari kebenaran. Contohnya ada pada kalimat berikut ini. Skripsinya sangat dangkal, karena saya tahu dia seorang pembohong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News