Sekarang kita sangat akrab dengan penggunaan uang. Mungkin setidaknya sekali dalam sehari, kita pasti akan menggunakan alat transaksi satu ini guna memenuhi berbagai macam kebutuhan.
Bahkan karena lekatnya penggunaan uang, pernyataan bahwa “uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang” bukan menjadi sesuatu yang tampak berlebihan.
Proses perkembangan uang sebagai alat tukar sendiri mengalami berbagai transformasi sejak awal kemunculannya. Mulai dari uang barang, logam, kertas hingga berkat kecanggihan teknologi uang saat ini sudah berbentuk digital.
Baca Juga :
Penemuan dan Perkembangan Kertas di Dunia
Terus Upgrade Diri di Tengah Perkembangan Zaman dan Pendidikan
Uang digital menjadi alat pembayaran yang tidak memiliki bentuk fisik, akan tetapi memiliki nominal atau nilai tukar yang sama dengan uang logam maupun kertas. Dengan uang digital, transaksi pembayaran pun menjadi sangat mudah. Cukup dengan “gesek” kartu ATM atau memanfaatkan gawai, maka transaksi pembayaran sudah bisa dilakukan.
Lalu bagaimana perkembangan uang sebagai alat transaksi atau pembayaran yang dikembangkan oleh manusia? Mengutip berbagai sumber sejarah perkembangan uang bisa dibagi menjadi beberapa tahap.
Pada tahap pertama disebut sebagai tahap pra-barter, yakni masa dimana manusia belum mengenal adanya transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli. Pada masa ini manusia belum melakukan transaksi, sebab manusia masih memenuhi kebutuhannya secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
Itu karena jenis kebutuhan manusia masih sederhana dan belum membutuhkan bantuan orang lain. Manusia pada tahap pra-barter memperoleh makanan dari berburu atau mengumpulkan bahan pangan sendiri.
Berdasarkan artikel Septi Wulan Sari (2016) berjudul “Perkembangan dan Pemikiran Uang dari Masa ke Masa”, ketika jumlah manusia semakin banyak dan peradaban semakin maju, kegiatan dan interaksi manusia pun menjadi berkembang.
Pada saat itu pula kebutuhan manusia juga semakin bertambah, sehingga memunculkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Mereka mulai melangsungkan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mereka masuk pada tahap atau zaman barter.
Di zaman barter ini, manusia mulai saling tukar menukar barang sesuai kesepakatan. Praktik barter yang sudah dimulai sejak puluhan ribu tahun ini pun terus bertahan hingga awal manusia modern.Akan tetapi sistem barter berangsur ditinggalkan saat kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks.
Mengutip sikapiuangmu.ojk.go.id, sistem barter masih memiliki beberapa kelemahan. Sebut saja saat dua orang uang ingin bertukar tidak sepakat dengan nilai pertukarannya. Misalnya satu orang hanya memiliki beras dan membutuhkan daging, sedangkan satunya memiliki daging tapi memerlukan garam bukan beras maka pertukaran tidak bisa dilakukan Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan