Malang, IP – Hidup sebagai tuna daksa tanpa kedua tangan, tak menghalangi Elo Kusuma Alfred Mandeville untuk terus berkarya dan menggapai pendidikan setinggi-tingginya.Mahasiswa asal Bali itu membuktikan, bahwa dengan keterbatasan fisik ia tetap mampu menyalurkan kreativitasnya melalui pendidikan yang ia tempuh di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), Universitas Brawijaya.
Saat ditanya mengenai alasannya memilih jurusan desain, ia mengaku bahwa seni dapat menjadi media untuk menumpahkan imajinasinya. Selain itu, ia juga hobi membuat konten dan mengambil momen untuk sinematografi. Hal itulah yang menjadi dorongan baginya untuk mencari jurusan dengan pembelajaran seni.
“Tertarik di bidang videografi karena saat SMA mulai bikin channel youtube. Akhirnya waktu mau kuliah cari jurusan yang ada videografinya. Awalnya minat dan pilih masuk FTV (Film dan Televisi), tapi ternyata ditolak dan diterima di DKV UB. Jadi tetap berlanjut, karena di DKV juga belajar videografi walaupun enggak sebanyak yang ada di jurusan FTV,” ungkap Elo, sapaan akrabnya.
Baca Juga : Keren, Mahasiswa UM Berhasil Raih Medali di PON XX Papua 2021
Dengan tekadnya meraih pendidikan tinggi, Elo menunjukkan semangat belajarnya dengan konsisten menjalani perkuliahan hingga saat ini ia duduk di semester enam.
Mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan magang sebagai designer grafis di salah satu media kreatif di Jalan Galunggung Malang itu, lantas membagikan kisahnya selama menjadi mahasiswa DKV sekaligus penyandang tuna daksa.
“Di jurusan desain kesulitan utamanya cari ide untuk desain. Selebihnya pernah kesulitan saat mata kuliah nirmana 2 dimensi yang mana harus melukis rapi dan bersih. Terus juga di mata kuliah nirmana 3 dimensi yang harus membuat kerajinan, jadi butuh bantuan untuk menggunting dan merajutnya,” jelas Elo.
Baca Juga : Muchammad Fahazza, ST Kekuatan Mental dan Spirit Untuk Ikon Pendidikan Kota Malang
Melakukan apa pun hanya dengan kedua kakinya tak lantas menjadi hambatan bagi Elo untuk terus melanjutkan pendidikannya. Dirinya mengungkap bahwa ia beruntung karena didukung penuh oleh seluruh pihak.
“Selama ini, keadaan saya tidak membuat langkahku jadi terbatas. Dan untungnya saya selalu didukung semua pihak mulai dari pihak kampus, teman, juga pendamping di PSLD UB (Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya, red),” ujarnya.
“Jadi untuk bantuan seperti menggunting dan merajut, PSLD selalu membantu dan dosen pun sangat menoleransi. Bahkan bullying pun enggak pernah saya terima selama di sini. Jadi benar-benar didukung penuh,” sambung Elo saat Inspirasi Pendidikan ditemui di PSLD UB, Jumat (4/3/2022).
Baca Juga : Komunitas Rumah Sahabat Wadah Disabilitas dalam Berkarya
Di samping menjalani perkuliahan, Elo juga aktif berkarya sebagai kreator di youtube dengan membagikan konten bagi 2300 lebih subscribernya. Tak hanya itu, Elo juga bersosialisasi dengan mengikuti organisasi, komunitas, hingga menjadi narasumber dalam beberapa acara sosial.
“Ya, dari SMA sampai saat ini saya aktif jadi kreator di youtube. Bahas mengenai gaming, reaction, sampai vlog juga ada. Selain itu, di semester awal kemarin saya sempat gabung sekitar 4 komunitas dan organisasi. Sempat juga beberapa kali diundang sebagai narasumber yang membicarakan kisah saya sebagai seorang difabel,” lanjut Elo.
Dengan berbagai kesibukannya, Elo mengaku tak kewalahan. Sebab ia sangat nyaman menjalani itu semua dan dapat mengatur waktu dengan baik.
“Kewalahan sih enggak. Karena selain enjoy, saya berusaha untuk memanfaatkan waktu. Selesai kelas langsung cari ide dan referensi tugas, biar malamnya bisa rapat,” ucap mahasiswa 20 tahun itu.
Baca Juga : Komunitas Rumah Sahabat Wadah Disabilitas dalam Berkarya
Selesai menjelaskan pengalamannya, Elo kemudian mengakhiri dengan mengungkapkan rencana yang ia miliki mendatang. Yakni berencana terus meningkatkan skill di berbagai bidang dan melanjutkan pendidikan.
“Kedepannya saya terbayang beberapa rencana, yaitu meningkatkan skill videografi, melanjutkan membuat lebih banyak konten di youtube, lanjut pendidikan S2 di bidang videografi, dan lanjut menambah skill bahasa,” pungkasnya. (Piscella Kusuma/IP).