SMP Katolik St. Antonius Kalipare: Menanamkan Moderasi Beragama di Tengah Keberagaman

0
Kepala sekolah dan dewan guru di SMP Katolik St. Antonius Kalipare, bukan hanya beragama Katolik, mencerminkan moderasi beragama di sekolah ini. (Foto: Ist/IP)

Kab Malang, IP – SMP Katolik St. Antonius Kalipare di Desa Arjowilangun, Kecamatan Kalipare, merupakan sekolah yang menerapkan nilai-nilai moderasi beragama. Meskipun sekolah Katolik, baik guru, karyawan, maupun siswa di sekolah ini tidak hanya berasal dari agama Katolik, tetapi juga dari agama Islam, Kristen, dan Hindu.

Baca Juga:

 

Kisah Sukses Alumni UBHINUS yang Kini Jadi IT Project Manager di HashMicro

Dari Ayat ke Aksi: Wujudkan Kurban sebagai Sarana Pembelajaran

Regina Annora, Model Cilik Penuh Prestasi

Nilai-nilai yang ditanamkan di SMP Katolik St. Antonius Kalipare adalah sikap saling menghargai perbedaan demi membangun paguyuban dan persaudaraan sejati. Oleh karena itu, sangat memungkinkan jika sekolah yang heterogen ini menjadi model sekolah moderasi beragama.

Sekolah moderasi beragama atau “program sekolah moderasi beragama” adalah upaya sekolah untuk menumbuhkan sikap toleransi, saling menghargai, dan kedamaian antar umat beragama di lingkungan sekolah. Ini adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan individu atau generasi masa depan yang mampu berdialog, menghargai keberagaman, dan menjaga kedamaian dalam masyarakat yang beragama.

Moderasi beragama mencakup penghargaan terhadap perbedaan suku, ras, golongan, dan agama; menghormati keyakinan orang lain; mengajak pada kebenaran tanpa memaksakan; serta membangun persaudaraan baik seagama maupun antar agama.

Kegiatan penguatan moderasi beragama di lembaga SMP Katolik St. Antonius Kalipare berawal dari kegiatan yang disebut “Unggulan Religi”, yang berisi pembinaan iman sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu dan dibina langsung oleh guru yang beragama Katolik, Kristen, Islam, dan Hindu.

Dalam perjalanan waktu, sekolah yang memiliki predikat Katolik ini mengupayakan agar siswa juga mendapatkan pelajaran agama sesuai agama masing-masing. Sebab, sekolah Katolik didirikan bukan untuk sekolah agama melainkan untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kegiatan keagamaan yang sifatnya sakral atau sembahyang hanya diikuti oleh siswa yang beragama sesuai agama masing-masing, tetapi kalau kegiatan keagamaan yang sifatnya perayaan, diikuti oleh semua siswa, misal arak ogoh-ogoh waktu Nyepi (Hindu), bagi takjil masa puasa Ramadhan (Islam), anjangsana Natal/Paskah (Kristen dan Katolik).

“Sekolah kami berupaya untuk menerapkan prinsip moderasi beragama dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Kami mendorong siswa untuk memahami ajaran agama mereka secara mendalam, namun juga untuk menghargai dan memahami ajaran agama lain. Melalui dialog, kerjasama, dan kegiatan bersama, kami berusaha membangun lingkungan yang toleran dan damai,” ujar Drs.Yulius Sutrisno, Kepala Sekolah SMP Katolik St. Antonius Kalipare Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 145

Total Kunjungan: 154

Install Aplikasi Inspirasi Pendidikan di Ponselmu: Install Sekarang