Malang, IP- Melekatnya dunia teater dengan kehidupan mahasiswa memunculkan sebuah wadah untuk berkarya. Tak hanya berkarya, mereka tumbuh mengedukasi dengan terobosan-terobosan baru.
Melalui SPRD Production misalnya, lewat komunitas ini mahasiswa mengangkat film pendek berjudul “Sebab Bajing Bedebah” sebagai media menyampaikan isu sosial. Bukan hanya perjuangan meraih nominasi belaka. Tentu saja isu sosial terselip melalui peran sosok perempuan yang ditampilkan melalui scene demi scene.
Dalam beberapa karya, SPRD production telah mencatat riwayat panjang. Perolehan beberapa nominasi nasional yang menghantarkan rasa peduli. Lebih dari itu, peduli dengan isu sosial, berarti peduli juga dengan apa yang dialami korban. Putri salah seorang kru dalam film tersebut mengaku resah dengan maraknya kasus kekerasan seksual yang akhir-akhir ini terungkap di media sosial.
Baca Juga : Tontonan Miliki Dampak Besar Bagi Anak, Sensor Film adalah Amal Jariyah
“Konsep dari film ini yakni sebagai pengingat bahwa masyarakat harus waspada terhadap kekerasan seksual,” ungkap Putri. Pengemasan pesan moral yang menyangkut topik vulgar dan tidak pantas dibicarakan di publik menjadi tantangan tersendiri.
Mereka terbelenggu dengan minimnya pengetahuan dan impitan budaya. Hal inilah yang menjadikan salah satu penyumbang peningkatan angka kekerasan seksual. Sementara itu, menjauhkan hal tabu bukanlah sebuah solusi untuk menghindari dampak negatif. Film yang telah dirilis tepat dengan hari perempuan sedunia ini, mengharapkan sosok perempuan semakin dihargai.
Putri menambahkan, film yang berdurasi 17 menit tersebut memberikan gambaran bahwa kejahatan dapat muncul kapan saja dan di mana saja. Hingga saat ini kekerasan seksual masih menjadi bayang-bayang yang menyeramkan.
Baca Juga : Hidup Tanpa Tangan, Tak Menghalangi Elo Berkarya
SPRD Production berharap dapat menjadi media alternatif untuk kampanye edukatif bagi masyarakat. Melalui sebuah karya, maka akan membantu membentuk sudut pandang dan cara berpikir pada masyarakat.
“Jika tidak ada ruang aman bagi perempuan, maka kita sendiri yang harus menciptakan,” pungkas Putri. (ola)
Pewarta: Vranola Ekanis Putri