Malang, IP – Di usianya yang sudah memasuki kepala lima, Diah Masita Dini tetap aktif berkegiatan dan bercita-cita melestarikan budaya Indonesia. Ia adalah seorang penari handal pada masanya. Meskipun kini tidak lagi tampil di panggung, jiwa dan kepiawaiannya dalam menari terus ia salurkan kepada anak-anak didiknya.
Sita, begitu ia akrab disapa, adalah guru tari di SMAN 8 Malang, sekolah yang terkenal dengan tari tradisionalnya. Di balik kesuksesan itu, Sita menjadi sosok kunci. Ia telah menjadi guru sekaligus pelatih tari sejak 1994, sehingga kemampuannya tidak diragukan lagi.
Baca Juga :
Ratna Indraswari, Sosok Inspirasi Di Balik Rumah Budaya Ratna
Zildan Nazurah: Pecah Telur sebagai Juara 1 Olimpiade Bahasa Arab Tingkat Provinsi
Dari Diam-Diam Berlatih Tapak Suci Hingga Menjadi Juara Internasional
Dulu, ibu Sita adalah penari wayang orang. Bersama kakaknya, Sita mengikuti jejak sang ibu. Ia mulai bergabung dengan sanggar tari dan terbiasa menari sejak kecil. Sita mempelajari berbagai jenis tari, mulai dari tari klasik, Bali, hingga tari kreatif. Ia kemudian memilih berkuliah di jurusan tari di IKIP Surabaya. Prestasinya di bidang tari pun tidak sedikit. Sejak kecil, ia aktif mengikuti berbagai perlombaan tari.
Selain menjadi guru dan pelatih tari di sekolah, Sita juga memiliki sanggar tari sendiri. Sanggar ini sering tampil di acara-acara penting di Kota Malang dan masih aktif hingga kini.
Sita juga mengelola bisnis penyewaan kostum tari dan hiburan lainnya bernama “Rumah Kostum Sita Collection”. Bisnis ini ia rintis setelah menikah, ketika suaminya tidak mengizinkannya untuk terus menari. Sita pun berpikir bagaimana ia tetap bisa mengekspresikan jiwa seninya di balik layar. Pada 2006, ia mendirikan bisnis penyewaan kostum ini. Berawal dari ruang tamu dan ruang tengah, kini Sita memiliki bangunan sendiri untuk bisnisnya.
Sita merasa senang dan menikmati profesinya. Ketika ditanya apakah ia tidak lelah mengurus semuanya seorang diri, ia mengaku lelah, tetapi karena ini adalah hasrat dan bakatnya, ia tetap menikmatinya.
“Kalau kita melakukan sesuatu sesuai hasrat atau bakat, susah mencari kekurangannya selain lelah. Saya senang mendesain, mengatur barang, bertemu pelanggan yang beragam, dan menikmati segala hiruk-pikuknya,” ujar Sita Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 148
Total Kunjungan: 151















