Wabah global Covid-19 nampaknya belum akan segera usai. Meskipun vaksinasi telah digalakkan dengan melibatkan berbagai instansi serta dilakukan jemput bola vaksinasi, justru saat ini kita menatap varian terbaru Covid-19.
Varian Omicron menyita banyak perhatian dikarenakan organisasi kesehatan dunia, WHO telah mengklasifikasikan Omicron sebagai varian yang diwaspadai.
Hal ini turut diperburuk dengan gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron. Menurut Kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan, dr. Angelique Coetzee, gejala Omicron memiliki kemiripan dengan gejala pilek atau flu. Dengan ciri-ciri sakit kepala, nyeri tubuh, dan tenggorokan gatal. Sehingga, pengidap Covid-19 varian Omicron dapat salah dipahami sebagai pengidap pilek atau flu biasa.
AlRing, Alat Pembunuh Virus Inovasi Mahasiswa UB
Di lain sisi, pembelajaran daring di Indonesia dianggap tidak berdampak baik bagi peserta didik. Kekhawatiran terjadinya learning loss pada peserta didik, menjadi konsen dari banyak pihak.
Sehingga dorongan untuk melaksanakan pembelajaran luring seperti sebelum terjadinya pandemi Covid-19, semakin kuat.
Namun perlu dipahami, meskipun pembelajaran luring dianggap lebih baik daripada pembelajaran daring, munculnya varian omicron dapat kembali menaikkan kurva Covid-19 yang telah melandai.
Menjadi Guru Tidak Mudah, Ini Tantangan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Karenanya, saya sepakat untuk dilaksanakan pembelajaran tatap muka, namun alangkah baiknya bila dilakukan secara bertahap.
Sehingga pihak-pihak terkait memiliki cukup waktu guna memonitoring dan memperkirakan skenario terburuk bila nantinya pembelajaran tatap muka 100% dilaksanakan.
Hal ini mempertimbangkan keberadaan varian Omicron yang dapat menjadi ancaman serius bila tidak diantisipasi dengan baik.
Tetap Perhatikan Protokol Kesehatan Ponpes Terapkan Daring dan Luring Sekaligus
Selain itu, ada beberapa PR yang harus segera diselesaikan. Diantaranya, vaksinasi perangkat didik dan murid, penyediaan dan perawatan kebersihan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran, penyediaan alat tes guna terus memantau kesehatan seluruh pihak yang terlibat.
Vaksinasi perangkat didik dan murid tidak lagi bisa diminimalkan sekedar untuk membentuk kekebalan kelompok, menurut saya seluruh pihak harus mau dan bersedia divaksin.
Pengecualian dapat dilakukan bagi mereka yang memiliki reaksi negatif pada vaksin tertentu, itupun harus mengikuti anjuran dokter, sehingga bila memang bereaksi negatif terhadap jenis vaksin tertentu maka tetap wajib divaksin dengan jenis vaksin yang sesuai.
Berikut yang Wajib Sekolah Perhatikan Saat PTM Terbatas
Selain vaksinasi total, juga sarana dan prasarana juga wajib dilengkapi dan selalu dijaga kebersihannya. Mengingat kita menghadapi ancaman yang nyata namun tak terlihat, serta alat-alat terebut digunakan oleh banyak pihak secara bergantian sehingga wajib dibersihkan secara reguler.
Dan tak lupa, faktor penting pelaksanaan pembelajaran tatap muka dalam bayang-bayang varian omicron ialah penerapan testing dan tracing.
Setiap pihak terkait wajib melaksanakan test pcr secara reguler bahkan sebaiknya setiap pagi hari sebelum mulai pembelajaran dan di akhir pembelajaran sehingga dapat dipastikan bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan benar-benar bebas dari ancaman Covid-19.
Tentunya, hal ini membutuhkan sumber daya yang besar sehingga membutuhkan waktu serta dukungan dari banyak pihak agar dapat berjalan secara optimal. (Satrya) Baca berita terlengkap di Tabloid Inspirasi Pendidikan