Pondok Pesantren (Ponpes) Subulas Salam terletak di Dusun Selobekiti, Desa Plandi, Kec. Wonosari, Kab. Malang. Ponpes ini didirikan oleh KH. Muhammad Asyiq Sirodj Al-Mabruri pada 1 Januari 1971.
Diketahui saat ini kepengurusan Ponpes Subulas Salam sudah masuk pada periode ke dua, yakni di bawah asuhan M. Anas Sua’idi.
Anas Sua’idi menjelaskan, awalnya Ponpes Subulas Salam hanya berbentuk madrasah saja. Namun dengan berjalannya waktu, madrasah dapat berkembang dengan adanya Pesantren Subulas Salam.
“Termasuk sekolah-sekolah mulai dari Raudhatul Athfal, Madrasah Diniyah, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan juga Madrasah Aliyah,” tuturnya
Diketahui MI (Madrasah Ibtidaiyah) menjadi lembaga pendidikan perdana yang berdiri di Ponpes Subulas Salam.
Ia melanjutkan pada awal berdirinya ponpes santri yang ada sangat minim, bahkan santri hanya berasal dari anak-anak dari sekitar Pondok Pesantren. Itu pun santri hanya nyantri ketika waktu malam saja, dan pulang setelah Subuh.
Setelah berkembang, santri di Ponpes Subulus Salam terus meningkat dan hingga sekarang mampu menghimpun ratusan santri dari berbagai daerah.
Selain dari berasal berbagai daerah, santri juga tetap ada yang berasal dari sekitar. Dengan sistem malam menyantri, dan setelah subuh mereka pulang ke tempat tinggal masing-masing.
“Anak di pondok ada pembelajaran khusus untuk mereka, namun santri juga diikutkan kegiatan majelis taklim yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar,” kata Anas Sua’idi
Disinggung motivasi terbesar berjuang mengembangkan Ponpes Subulas Salam, dirinya mengaku motivasi terbesarnya adalah keinginan untuk terus menyampaikan nilai-nilai agama.
Motivasi tersebut lantas diperkuat dengan isi Al-Qur’an yang menyatakan bahwa umat yang terbaik adalah umat yang selalu mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
“Nilai agama itu yang kita praktikan, sehingga menjadi motivasi kita untuk mendatang semakin semangat,” beber Anas
Pengasuh Ponpes Subulas Salam ini lantas berpesan kepada masyarakat, agar tidak takut untuk belajar dan masuk ke pesantren, karena di pesantren banyak mempelajari hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Seperti contoh pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja, melainkan juga diajarkan berbagai macam keterampilan dan hal-hal sebagai bekal hidup di tengah masyarakat.
“Saat interaksi di masyarakat, pesantren juga mengajarkan bagaimana cara berperilaku dengan baik,” kata Anas
“Terutama pada pembentukan akhlak, mengingat sekarang juga masyarakat juga sedang mengalami krisis moral.
Jadi tidak ada hal lain, penawarannya cuma agama,” pungkasnya kepada Inspirasi Pendidikan. (was)