Mengajar Daring, Guru Siap Siaga Gadget 24 Jam

0
Ilustrasi Sekolah Daring. (Foto: Dok. Wahyu Setiawan/IP)

Hari masih menunjukkan pukul 7 pagi. Munifatin Nisak, guru di dua sekolah menengah pertama di Kota dan Kabupaten Malang sudah berdandan rapi. Duduk di kursi ruang tengah rumahnya, ia membuka gawainya. Jari­nya menunjuk logo aplikasi Google Classroom.
Dibukanya aplikasi tersebut. Satu per satu nama siswa yang bergabung di kelasnya dicek. Siswa yang belum me­ngumpulkan tugas, ditandainya. Sembari ia me­nyusun rencana penugasan berikutnya. Di sela-sela waktunya, ia mengoreksi tugas yang masuk database, satu demi satu.

Begitulah kegiatan mengajar Munifain Nisak sehari-harinya. Selama pandemi, pembelajaran kebanyakan beralih menjadi daring. Salah satu SMP tempatnya mengajar mewajibkan setiap guru datang piket ke sekolah. Selebihnya mengajar dilakukan melalui Google Meet, Google Form, Google Classroom, hingga Quzizz.

Baca Juga : Pembelajaran tatap Omicron

“Menggunakan aplikasi, penugasan dilakukan menerapkan inovasi melalui tugas pembuatan video atau karya seni seperti drama atau meme,” imbuh Munifain Nisak.
Menurutnya siswa perlu meningkatkan daya kreativitas. Pihak guru memberikan tugas dengan tingkat tantangan bertahap. Pun menyesuaikan dengan kondisi siswa.

Munifain Nisak menyatakan selama pandemi, mengajar kurang maksimal. Artinya jam mengajar luring menjadi berkurang. Senada dengan Munifain Nisak, Dyah Ayu Niawati, guru di SMPN 1 Dau ini memaparkan jam mengajar bisa berkurang 50%. Dari normalnya mengajar luring 2 jam tiap mata pelajaran, menjadi 1 jam ketika daring.

Baca Juga : PTM 100% Kota Malang, Sekolah Andalkan Prokes

“Guru siap siaga di depan gadget selama 24 jam. “Memantau tugas, dan memastikan siswa yang mengalami kendala dapat mengumpulkan tugasnya. Merasa capek di situ,” paparnya. Diah Ayu Niawati memandang kondisi ini justru menjadi tantangan bagi guru muda agar lebih memaksimalkan internet. Nia melihat beberapa guru sepuh terkendala ketika mengikuti perkembangan teknologi.

Memang, guru kini dituntut agar lebih adaptif dengan teknologi. Munifain Nisak juga belajar menggunakan aplikasi mengajar seperti google meet, google form, google classroom, hingga quzizz melalui Youtube.

Mendukung sistem belajar yang menggunakan teknologi dan internet ini salah satu sekolah tempat Munifain Nisak mengajar memberikan akses wifi, sementara SMPN 1 Dau menyediakan peralatan penunjang. kelas daring yakni proyektor, LCD. Siswa dan guru diberi akun belajar yang dibekali fitur penyimpanan digital tanpa batas. “Akun belajar dapat dihubungkan dengan google form, google classroom,” imbuh Munifain Nisak.

Baca Juga : Potret Pendidikan di Masa Pandemi

Selama pembelajaran daring, siswa kerap bosan sehingga kurang mematuhi peraturan sekolah seperti mengisi absensi dan mengumpulkan tugas tepat waktu. Munifain Nisak menghimbau agar orang tua siswa lebih intens mendampingi belajar anak.

“Saat ini bukan guru yang berperan sentral lagi. Orang tua perlu memantau kegiatan anak di gadgetnya sebab internet menyediakan konten apa pun, termasuk yang belum layak konsumsi,” kata Munifain Nisak menambahkan.

Beberapa orang tua masih di tataran membelikan kuota atau memasangkan wifi. Munifain Nisak dan Diah Ayu Niawati menyadari betul pembelajaran daring menjadi solusi terbaik untuk kondisi pandemi. Diah Ayu Niawati mengharap penentu kebijakan dapat memutuskan kurikulum yang sesuai selama pandemi. “Perlu evaluasi ke depan dari berbagai pihak yang berperan dalam pelaksanaan pendidikan, termasuk solusi atas kendala di lapangan” paparnya.

Baca Juga : Pentingnya Menulis Bagi Siswa Oleh : AMZ. Supardono

Sutarjo, kepala SD Ketawanggede menyatakan tantangan sistem pembelajaran selama daring yakni adaptasi siswa dan sosialisasi kepada orang tua. PTM 100% di Kota Malang sempat berjalan dua mingguan, pihak sekolah kembali musti menyebarkan edaran pemberitahuan bahwa sekolah kembali digelar daring.

“Kami seolah dilihat orang tua sebagai pihak yang plin plan, padahal kami hanya mengikut kebijakan pemerintah,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News