FIS UM Beri Pendampingan Pengembangan KOSP dan Rancang Project untuk Guru YPK Jatim

0
Proses pendampingan bagi guru-guru YPK Jatim di Malang. (Foto: Ist/IP).

Malang, IP – Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (FIS UM) melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bagi para guru YPK Jatim di Malang.

Bertempat di Aula A6 Lantai 7, pengabdian terlaksana dengan menggelar Pendampingan Pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) dan Merancang Project untuk Guru-guru YPK Jatim pada Senin (11/7/2022) kemarin.

Kegiatan tersebut diikuti 18 peserta yang terdiri atas Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, dan guru-guru dari TK Mardi Rahayu, SD Kristen Brawijaya 3, SMP 1 dan 4 YPK Jatim Malang.

Prof Dr Sumarmi MPd selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat, sekaligus Dekan FIS UM menyampaikan pendekatan pendidikan yang baru yang diterapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah untuk memperbaiki sistem pembelajaran dan evaluasi belajar.

Paradigma pendidikan yang baru dan segera dilaksanakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, serta meningkatkan keimanan siswa di sekolah-sekolah lingkungan YPK Jatim.

Pelajar yang berdimensi kritis, kreatif, dan inovatif ialah pelajar yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak, dalam bentuk gagasan, tindakan, dan karya nyata secara proaktif dan independen untuk menemukan cara-cara lain yang berbeda untuk bisa berinovasi.

“Pelajar yang kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya dan tindakan yang orisinal, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan dalam bentuk project,” ujar Sumarmi.

Beserta anggota tim, Neni Wahyuningtyas SPd MPd dan Alfyananda Kurnia Putra, ia melanjutkan bahwa implementasi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) melalui project penguatan Profil Pelajar Pancasila bermaksud untuk pengurangan beban belajar di kelas (intrakurikuler).

Tujuannya agar siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar di setting yang berbeda (less formal, less structured, more interactive, engaged in community).

Sementara itu, beban kerja guru perlu dipertahankan (tidak dikurangi) sehingga alokasi waktu satu mata pelajaran “terbagi” dua, intrakurikuler dan kokurikuler (project penguatan PPP).

Tujuh Tema yang dapat dipilih Satuan Pendidikan diantaranya Perubahan Iklim Global, Kearifan Lokal, Bineka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi, Berekayasa dan Berteknologi untuk membangun NKRI, dan Kewirausahaan.

“Ini merupakan kesempatan bagi sekolah-sekolah di lingkungan YPK Jatim bersama-sama dengan semua sekolah lain di seluruh Indonesia untuk bangkit dan membangun inovasi dan kreativitas mengembangkan kurikulum sesuai kondisi yang ada di sekolah masing-masing,” tegasnya.

Pada saat kegiatan pendampingan masing-masing sekolah menetapkan dua project yang akan diterapkan di semester ganjil dan satu project dilakukan di semester genap. Project yang dilakukan di semester genap skalanya lebih besar sehingga memerlukan waktu yang lebih banyak. Kegiatan project akan menggunakan sistem blok.

Untuk efisien waktu maka perlu dirancang dua alternatif model dalam implementasi project. Pertama bisa menggunakan project yang dilakukan penuh secara luring, dan yang kedua bisa menggunakan Hybrid Learning.

“Bagaimana pembelajaran berbasis project Hybrid Learning ini tetap bisa berlangsung dengan baik, maka guru-guru perlu diberikan pelatihan Pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Project dengan Hybrid Learning,” kata Sumarmi.

Dengan LKPD yang disusun ini diharapkan mampu menjadi panduan bagi siswa untuk membuat project. Panduan bisa dipelajari di rumah, tanpa harus menghabiskan waktu jam pelajarannya di sekolah.

Sedangkan untuk setting pendampingannya dilakukan dilakukan dua kali. Yang pertama pendampingan penyusunan kurikulumnya dan yang kedua pendampingan untuk pembuatan LKPD berbasis project dengan hybrid learning.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News