Malang, IP – Dalam rangka pemilihan ketua dan wakil ketua ekstrakurikuler jurnalistik, tampak siswa-siswi SDK Santa Maria 2 Kota Malang fokus mempresentasikan makna dari garam, sandal jepit, dan juga lilin.
Mereka saling adu gagasan tentang filosofi dari masing-masing benda. Seperti lilin yang dipresentasikan oleh Justin, memiliki filosofi pengorbanan yang ikhlas dan tanpa pamrih.
Kemudian sandal jepit yang dipresentasikan oleh Noven, menggambarkan kesederhanaan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Selanjutnya garam yang dipresentasikan oleh Caca, menggambarkan bahwa hidup harus senantiasa memberikan rasa kemanfaatan dan saling melengkapi satu dengan lainnya.
Tujuannya dari presentasi itu, agar siswa lain dapat menilai dan memilih. Siapa siswa yang pantas untuk menjadi ketua dan wakil ketua di ekskul jurnalistik SDK Santa Maria 2 Kota Malang.
Menurut Kepala SDK Santa Maria 2 Suster M Marsiana SpM, kegiatan tersebut merupakan hal yang menarik karena menggunakan cara-cara yang baru dalam proses pemilihan.
“Semoga ini tidak hanya jadi sesuatu yang baru, namun juga semakin berkembang di bidang jurnalistik,” ujarnya, Jumat (5/8/2022).
Marsiana menyampaikan, penggunaan lambang-lambang benda tersebut sangat berguna bagi siswa jenjang SD (Sekolah Dasar).
Sebab proses pemilihan pemimpin tidak langsung guru yang menunjuk. Melainkan, siswa dituntun untuk membentuk suatu wawasan atau kesadaran terlebih dahulu melalui filosofi dari benda-benda sekitar.
“Jadi di tingkat dasar ini, anak-anak sudah diajarkan untuk memaknai hidup sesuai visi misi sekolah yang unggul, kasih, dan bermanfaat,” tegasnya kepada Inspirasi Pendidikan.
Marsiana berharap, tim dari ekskul jurnalistik dapat memanfaatkan dan memfungsikan literasi melalui wadah majalah yang sudah sekolah sediakan.
Latih Kembali Kepemimpinan dan Keberanian Siswa
Sementara itu, Pembina Ekskul Jurnalistik SDK Santa Maria 2 Viktima Catur Riyanti mengatakan metode pemilihan tersebut adalah untuk melatih kembali kepemimpinan dan keberanian para siswa.
Terlebih, kegiatan sekolah secara tatap muka terpaksa vakum selama dua tahun pandemi. Dengan demikian, dalam kondisi new normal seperti sekarang menjadi saat yang tepat bagi sekolah untuk melatih siswa kembali.
“Seperti memimpin, saling membina kerja sama dan persatuan antar teman-temannya,” kata wanita yang akrab dipanggil Yanti ini.
Ia menuturkan, pemilihan menggunakan metode semacam itu sebelumnya sudah pernah pihaknya laksanakan. Namun yang berbeda sekarang, anak-anak diajak untuk memaknai benda-benda sekitar yang terlihat remeh tapi memiliki makna yang luar biasa.
“Sebelum pandemi memang sudah pernah pakai lambang buah-buahan. Kalau sekarang ini lambangnya lebih memiliki makna tersendiri. Jadi barang-barang yang biasa kita lihat, seperti garam, lilin, dan sandal jepit tadi itu sebenarnya mempunyai makna yang mendalam,” ujarnya.
Lewat pemaknaan yang mendalam, diharapkan mendatang juga bisa membantu sekolah dalam menanamkan pendidikan karakter.
Terutama karakter sosok pemimpin yang mau berkorban, mau melayani, memiliki kerendahan hati, sejajar, terbuka, rendah hati dan senantiasa mengupayakan yang terbaik bagi anggota atau organisasi.
“Siswa yang menjadi kandidat, juga kami pilih berdasarkan kemauan dari mereka sendiri,” imbuhnya.
Yanti juga berharap, dengan metode pemilihan yang berbeda tersebut bidang Jurnalistik bisa semakin maju dan menjadikan siswa semakin mahir dalam memimpin, berliterasi, dan juga bercerita.Baca berita selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan