Kab Malang, IP – Museum tidak hanya identik dengan sejarawan, anak sejarah, ataupun jurusan sejarah. Lebih dari itu, museum menjadi tempat edukasi bagi segala lapisan masyarakat yang menjadi pengunjungnya.
Yossy Indra Hardyanto, Pamong Budaya Ahli Muda Museum Singhasari menjelaskan arca-arca yang menjadi koleksi museum berasal dari era kerajaan Singhasari hingga Majapahit.
Baca Juga:Â
Museum Zoologi Frater Vianney Malang, Simpan 12 Ribu Koleksi Spesimen
Termasuk khususnya, menyimpan benda khusus dari Kerajaan Tumapel Periode Klasik.
“Ada patung yang dititipkan oleh pemiliknya seperti Dewi Sri dan Batara Guru yang terbuat dari kuningan,” ungkap Yossy.
Ia memaparkan bahwa dari 345 koleksi artefak yang ada, sekitar 30 persen artefak asli dan sisanya replika. Karena beberapa artefak yang asli dimuseumkan di Museum Leiden, Belanda.
“Untuk menambah koleksi, Museum Singhasari menerima hibah dari berbagai pihak,” tambahnya.
Jumlah koleksi akan terus bertambah secara bertahap. Seiring dengan ditemukannya berbagai penemuan baru di wilayah Malang dan sekitarnya.
“Penambahan koleksi harus diiringi dengan perawatan, tentunya penyimpanan dengan suhu tertentu agar menjadi awet,” ungkapnya.
Koleksi pusaka bersejarah pada Museum Singhasari tidak hanya berasal dari Kerajaan Singasari, tetapi juga berasal dari Kerajaan Kediri dan Kerajaan Mataram.
Jenis pusaka bersejarah tersebut antara lain keris Singasarian, keris Tuban, dan keris Sumenep.
Di Museum Singhasari juga terdapat visualisasi cerita pada masa Kerajaan Singasari yang telah diakui sebagai ingatan kolektif dunia (Memory of The World).
“Visualisasi cerita ini akan menjadi edukasi kepada masyarakat tentang sebuah cinta Ken Arok yang sudah diakui dunia,” ujar Yossy.