
Museum Singhasari tidak hanya menjadi tempat yang menyimpan benda-benda kuno. Mengingat museum ini juga memiliki berbagai program.
Misalnya Belajar di Museum yang diperuntukkan untuk pelajar dari SD hingga SMA, program live music Kamisan yang akan diadakan setiap hari Kamis, pembuatan film dokumenter, dan lain sebagainya.
“Biar nantinya museum tidak membosankan akan diadakannya kegiatan mendongeng, mewarnai topeng hingga gerak motorik” pungkasnya.
Program Belajar di Museum akan direalisasikan di bulan Agustus mendatang. Pastinya program-program ini membutuhkan bantuan dari segala pihak, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Program-program tersebut termasuk salah satu upaya untuk mengajak masyarakat pergi ke museum.
Yossy bersama empat orang rekannya, senantiasa mencoba berbagai hal baru yang saat ini sedang digandrungi masyarakat.
Seperti pembuatan taman hijau di area depan museum adalah salah satu bentuk implementasi dari upaya tersebut.
Menurut Yossy, niat awal dari semua program tersebut adalah memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang eksistensi Museum Singhasari di Klampok, Singosari, Malang.
Pun selama ini, walaupun masyarakat telah mengetahui keberadaan Museum Singhasari, beberapa orang masih memiliki pandangan skeptis layaknya museum selalu identik dengan hal mistis, padahal pada kenyataannya banyak hal yang bisa dipelajari melalui museum.
Untuk dapat masuk ke Museum Singhasari tidak membutuhkan biaya sepeser pun alias gratis. Pengunjung hanya diminta untuk mengisikan nama di formulir buku tamu.
Yossy berharap, masyarakat dapat tergugah hati dan pikirannya untuk mengunjungi museum.
Terlepas dari mereka mengerti atau tidak terhadap substansi yang dipelajari, namun yang pasti bakal ada perbedaan pandangan seusai mengunjungi museum. (ola).Baca berita lainnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan