Perjuangan Riyanto di Tengah Sepinya Pasar Buku Velodrom

0
oplus_0

Malang, IP – Di sudut Kota Malang, Pasar Buku dan Seni Velodrom seakan kehilangan nafasnya. Rak-rak buku yang dulu sering dikunjungi oleh pembeli, kini hanya menyi­sakan kesunyian. Kios-kios buku yang dulu menjadi salah satu surga bagi para pecinta literasi, sekarang lebih sering dikunjungi oleh debu ketimbang pembeli.

Baca Juga :

 

Perpus Library Cafe Tambah Jajaran Kafe Literasi di Kota Malang

 

Sudah Tujuh Tahun Bermain Piano, Keanu Tetap Semangat dan Terus Berprestasi

Meski koleksi buku-buku bekas di pasar ini cukup lengkap dan beragam, namun hanya beberapa kios yang tetap bertahan. Banyak kios yang sudah lama ditutup oleh pemiliknya, karena semakin sedikit pembeli yang menyambangi Pasar Buku dan Seni Velodrom.

Di antara segelintir penjual yang masih bertahan, Riyanto merupakan salah seorang penjual yang tetap bertahan sampai sekarang. Pria yang kini menginjak usia 63 tahun ini bercerita, mengawali bisnis berjualan buku sejak tahun 1986.

Bisnis penjualan buku milik Riyanto diilhami dari kecintaannya membaca dan mengoleksi berbagai macam buku. Terutama buku-buku yang membahas tentang Bung Karno (Soekarno), Gus Dur (Abdul Rahman Wahid), serta buku-buku karya Emha Ainun Nadjib dan Umar Kayam.

“Saya suka buku memang, ngum­pulin buku, asal beli, jadi dulu tidak ada pikiran untuk berjualan, intinya hobi dan suka gitu saja. Ini bahkan ada beberapa koleksi priba­di saya yang tidak saya jual, karena memang suka mengoleksi,” ujar Riyanto Baca konten lengkap lainnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 138

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News