GELEGAR KEMERDEKAAN SMP RADEN FATAH BATU: Mulai dari Festival Jajan Pasar hingga Talkshow Bersama Lulusan University College London

0

Inspirasi Pendidik – Agustus merupakan bulan penting bagi bangsa Indonesia. Bukan karena jumlah nama Agus di Indonesia banyak dan bisa dipastikan mereka sedang ulang tahun, namun Agustus merupakan bulan kemerdekaan. Bulan di mana umbul-umbul merah putih berlomba memberikan nuansa meriah di jalan. Pun bulan ketika 74 tahun silam, negara kita resmi berdiri. Peringatan hari kemerdekaan tentunya sangat ramai dan semarak. Akan tetapi nuansa lain disuguhkan oleh sekolah baru saya yakni SMP Raden Fatah. Perayaan kemerdekaan di sekolah saya, tidak hanya semarak, namun juga khidmad dan bermakna.

Agenda perayaan HUT RI ke-74 dimulai sejak hari Selasa, 13 Agustus 2019 selang sehari dengan perayaan Hari Raya Idul Adha. Lomba Estafet dan Asal Bunyi dengan meriah membuka serangkaian acara di sekolah saya. Lomba estafet terdiri dari enam pos. Pos pertama adalah mengetes kejelian indera manusia dengan mencium aroma bumbu dapur, pos dua dilanjutkan dengan memasukkan benang ke dalam jarum, kemudian di pos tiga kami diarahkan untuk mencari uang dalam sarung. Tak berhenti di situ, kami harus berlanjut menyelesaikan tantangan untuk mengeluarkan bola dengan air dari ember. Jangan dibayangkan gampang ya, kami harus mengisinya secara estafet dari depan ke belakang. Air tumpah di mana-mana dan kami semua basah kuyub. Setelah tantangan ini selesai kami lanjut dengan permainan bom air dan mengarahkan bola dengan pipa hingga garis finish. Kerjasama dan keuletan merupakan kunci dari perlombaan ini.

Selain lomba estafet, di halaman sekolah ada lomba Asal Bunyi. Lomba ini seru sekali. Banyak teman-teman yang tertawa karena saking lucunya. Jadi setiap peserta diberi satu pertanyaan, tapi tidak boleh menjawab dengan jawaban yang nyambung dengan pertanyaan itu. Misal namamu siapa? Para peserta ada yang menjawab sepeda motor, pagar, tiang listrik, dan banyak lagi jawaban kocak dari teman-teman. Tak hanya para siswa, bahkan guru dan bapak kepala sekolah ikut terbahak-bahak dengan kelucuan para peserta.

Berlanjut ke hari berikutnya, tanggal 14 Agustus 2019 merupakan hari bersejarah bagi saya. Sebab di hari tersebut saya menjuarai lomba, yang menurut saya sangat seru yakni Festival Jajan Pasar. Perlombaan ini melibatkan seluruh kelas. Setiap kelas menyjikan jajanan pasar aneka rupa. Yang menarik adalah setiap peserta harus bisa menjelaskan filosofi dari makanan yang disajikan. Kala itu, saja menyajikan lemper, wingko babat, dan apem. Lemper berasal dari kalimat yen dialem aja memper yang maknanya jika kamu dipuji jangan mudah berbangga diri. Kemudian wingko babat, wingko babat merupakan makanan khas daerah Babat di Lamongan.

Selain festival jajan pasar, di halaman sekolah juga digelar lomba duta sekolah. Lomba duta ini diadakan sejak jauh hari sebelum hari pelaksanan final tersebut. Tak tanggung-tanggung, sekolah mengundang Kakang dan Nimas Kota Batu sebagai pengisi kelas kepribadian sekaligus sebagai juri kompetisi itu. Selain dipilih satu pasang duta sekolah, ada juga Duta Aswaja dan Duta Persahabatan. Teman-teman tampak antusian mengikuti dan menyaksikan lomba ini. Para peserta diberi pertanyaan dan harus langsung dijawab di panggung. Ada yang grogi, ada yang bagus jawabannya, ada yang tidak bisa menjawab karena nervous yang menjadi-jadi.

Selanjutnya, di Hari Kamis, kami menggelar jalan santai. Jalan santai bukan sembarang jalan santai. Di sepanjang jalan kami diperintahkan untuk memunguti sampah yang kami temukan. Sangat seru ternyata, mengumpulkan sampah-sampah plastik yang berserak di jalanan. Dan banyak sekali jumlahnya. Sampai di sekolah ketika kami kumpulkan jadi satu, sampah itu menjadi gunungan sampah. Padahal rute kami ini kalau dijumlahkan hanya berkisar 5 km. setelah ditimbang, tak diangka ternyata bapak ibu guru mengumumkan pengumpul sampah terbanyak dan dia diberi hadiah sebagai penghargaan. Sambil mengundi doorprise panggung gembira dihelat di halaman sekolah dengan pengisi acara yang keren-keren. Mulai dari ganongan, baca puisi, menyanyi, dan pantomim.

Hari terakhir, sebagai puncak perayaan HUT RI, sekolah saya memberikan acara yang amat berkesan dan menginspirasi. Bagaimana tidak? Diadakanlah talkshow bertajuk Menangkal Hoax dan Kebodohan dengan Bijak Bermedsos. Talkshow ini menghadirkan langsung sosok-sosok hebat yang membuat saya gigit jari sebagai penonton. Pembicara pertama, Bu Uyun Nishar, S. Pd, M. A adalah lulusan dari kampus ternama di Inggris. Beliau merupakan alumni LPDP yang dulu kuliah di University College London. Sepanjang pemaparan materi, beliau menjelaskan tentang pentingnya peran keluarga juga pengetahuan tentang potensi diri untuk mengarahkan kita menjadi manusia bijak, tidak hanya dalam bermedsos tapi juga dalam bergaul.

Tak hanya itu, pembicara kedua adalah Kak Vibi Nur Wulandari dari SMKN 3 Batu. Kak Vibi ini membuat saya mupeng sekali dengan ragam prestasinya. Di usia belia, Kak Vibi sudah cakap memproduseri film. Film Angen hasil produksi beliau telah diikutkan dalam festival fim di Jepang. Pun Kak Vibi juga pernah ke Jepang untuk pertukaran pelajar. Kak Vibi cerita, jika segala prestasi yang dia peroleh adalah hasil dari sisi positifnya menggunakan kanal-kanal online seperti youtube. Lewat Kak Vibi, saya jadi tahu bahwa game online itu penuh candu dan membuat kita jadi malas belajar karena ketagihan. Yang terakhir, pembicara ini bersal dari Diskominfo Kota Batu. Beliau adalah Bapak Sugiyanto. Pak Sugiyanto memaparkan tentang jejak digital manusia yang sebetulnya tidak pernah bisa dihapus. Jadi negara itu bisa mengecek kapanpun jika ingin mengetahui tindakan apa saja yang kita lakukan di media sosial. Rekaman ini akan abadi. Oleh sebab itu, dalam bermedia sosial kita harus sangat berhati-hati.

Usai acara takshow tiba-tiba suasana jadi gaduh karena ada drama pertikaian anatara guru dan siswa. Saya sangat takut dan deg-degan. Semua siswa berteriak dan acara jadi semrawut karena kegaduhan ini. Di tengah-tengah nuansa itu tiba-tiba Kak Bayu muncul membacakan puisi. Disusul oleh Kak Syifa dan Dina yang menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Oh… Prank! Semua audience akhirnya sadar kalau itu hanya prank belaka. Setelah suasana menjadi khidmad kembali, kami melaksanakan potong tumpeng disertai doa bersama yang dipimpin oleh Pak Miski.

Itulah rangkaian perayaan HUT RI di sekolah saya yang tak hanya semarak tapi juga bermakna. Semoga rasa cinta tanah air yang kita miliki makin subur dengan pupuk berupa event-event seperti ini. Semoga Indonesia semakin maju dan terhindar dari perpecahan juga kebodohan. Amin

Penulis : Anastasya Malihah Shiroyuki, Siswa SMP Raden Fatah Kota Batu Kelas VIIC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News