PARA SUAMI, WASPADALAH! WASPADALAH!

0

Inspirasi Pendidkan – Mengapa kaum hawa, khususnya ibu-ibu suka sekali cuap-cuap bahkan curhat! Ya, sebuah penelitian menunjukkan tingginya kadar protein FOXP2 di dalam otak wanita. Protein ini merupakan protein bahasa sehingga wanita jadi lebih banyak bicara. Jumlah protein FOXP2 wanita 30 persen lebih banyak dibanding pria. Sehingga, wanita bisa berbicara sampai 20.000 kata per hari sedangkan pria hanya 7000 kata saja.

Bahkan kebanyakan wanita menganggap bahwa dengan berbicara setengah dari permasalahan/stress/kebingungan mereka, dapat terselesaikan. Sementara kaum pria cenderung merenung dan berdiam diri bila memiliki masalah. Wanita pun menganggap berbicara merupakan cara terbaik untuk mengekspresikan diri. Sedangkan pria, cenderung mengekspresikan diri lewat bahasa tubuh atau tindakan.

Kondisi psikologi wanita yang doyan ngobrol ini kadang kurang disadari dan dimaklumi oleh para suami. Harusnya, para suami, menjadi pendamping dan mediasi istri untuk curhat. Tidak mungkin kapasitas protein FOPX2 tersebut dikuras sampai habis. Karena justeru akan berbahaya bagi perkembangan mental istri.

Sangat disayangkan memang, banyak para suami yang “antipati” saat istri curhat padanya. Istri mengajukan permintaan, dianggapnya menuntut. Istri berkeluh-kesah, dianggapnya protes. Bahkan saat istri mengkritisi, dianggapnya istri kurang bersyukur.

 

Para Istri Bukannya Menuntut, Protes, ataupun Tidak Mau Bersyukur

Menjelang malam, sepasang suami istri rebahan di tempat tidur. Istri membuka percakapan, “Pa, tahun depan anak kita udah mau masuk SD lho. Biaya masuk SD favorit kan mahal, Pa.”

“Hem, emangnya kenapa?” jawab suami datar.

“Ya, Papa tambahi sedikit dong uang belanjaku. Biar aku bisa menabung. Lumayan, selama satu tahun ngumpul, kan bisa untuk biaya masuk SD.”

“Kamu itu selalu begitu. Kemarin menuntut katanya aku ini monoton gak pernah ngajakjalan-jalan. Dua hari lalu kamu protes, mbok ya aku ini mau mbantu bikin PR anak-anak. Sekarang apalagi? Minta tambahan belanja. Mbok bersyukur! Lihat mereka yang belum punya rumah bahkan untuk makan hari ini saja, mereka masih harus banting tulang.”

Mendengar jawaban suami, istri pun naik darah. Istri ngomong begini, dianggap menuntut. Istri ngomong begitu, dianggap protes. Istri menyampaikan gagasan, dianggap tidak bersyukur. Padahal, si istri hanya ingin “curhat”, “curhat”, dan “curhat”. Kalau tidak curhat sama suami, ke manakah istri harus curhat?!

 

 

 

 

 

Para Suami, Waspadalah! Waspadalah!

Fenomena tersebut, sering terjadi di masyarakat. Suami sering mengacuhkan saat istri berbicara. Suami sering salah paham saat istri berkeluh kesah. Suami lupa bahwa kesukaan wanita ya begitu, keluh-kesah, merajuk, bahkan mengkritisi. Ini hal yang wajar. Mengapa suami tidak menampung saja “curhat” si istri? Agar Istri tidak mencari mediasi lain untuk curhat.

Dulu, para istri doyan banget ngobrol sama Pak Tukang Sayur, ya memang kepingin curhat. Para istri hobby sekali ngobrol di rumah tetangga, ya untuk curhat. Bahkan, para istri suka sekali berlama-lama ngobrol dengan Pak Satpam saat menjemput anaknya sekolah, ya tentu untuk curhat.

Pada era digital ini pun, istri punya peluang besar mendapatkan mediasi alternatif untuk curhat. Mulai dari media chatting, CLBK, dan reoni. Hingga “curhat ke rekan sekantor, lebih seru lho”.

Media  chatting  saat ini sangat menjamur. Suami jangan merasa tenang melihat istrinya “anteng” tak pernah keluar rumah. Suami jangan merasa santai dengan sikap cueknya saat istri mengajakanya berbicara. Karena di dalam rumahnya, via FB-Tweeter-line-skepy-BBM-WhatAPP  atau yang lainnya, istri bisa curhat dengan siapa pun dan kapan pun.

Melalui media chat itu, istri sering bertemu teman-teman lama, hingga pacar lama. Tanpa sadar, karena perhatian mantan pacar untuk selalu mau menengarkan curhat istri, akhirnya tumbuh rasa CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Kalau sudah begini, saat suami di rumah, gantian istrilah yang bersikap tak acuh pada suaminya. Karena istri sudah punya tempat curhat.

Pada fenomena lain, melalui share digitaltersebut, para istri jadi punya hobby baru, yaitu “reoni”. Reonian dengan teman-teman lama, bahkan reonian dengan mantan pacar. Setiap tahun, istri bisa renoinan lebih dari tiga kali.

Yang lebih parah lagi, banyak para istri yang punya karir, berkomentar: “Lebih seru curhat sama teman kantor daripada sama suami sendiri!” Masih untung bila teman kantor sebagai mediasi curhat, juga seorang wanita. Bagimana bila teman curhat tersebut adalah pria?! Raiblah semuanya.

Perselingkuhan terjadi di mana-mana. Itu bukan karena “niatan”, tapi lebih disebabkan oleh “keterpaksaan”. Ya, keterpaksaan istri untuk menumpahkan curhatnya ke orang lain. Untuk itu, hai para Suami, waspadalah! Waspadalah!

Selagi Istri Anda masih mau mengajukan permintaan, berkeluh kesah, ataupun mengkritisi Anda. Itu artinya, konsentrasi hidup istri Anda masih fokus kepada Anda. Istri Anda masih menjadikan Anda mediasi curhatnya. Tampunglah semua curhatnya, itu sudah melegakan hati istri Anda.

Hilangkan segala prasangka dan ketersinggungan! Karena istri Anda hanya ingin curhat, curhat, dan curhat! Jadikan itu semua sebagai sarana interospeksi diri sekaligus mewadahi dampak dari 30 persen kelebihan protein FOXP2 di otak istri Anda. Seperti uswah dari Rasulullah yang selalu bercengkeramah dan bercanda dengan istrinya, mencubit hidung istri bila istrinya marah, bahkan memanggil istri dengan panggilan yang mesra.

Bukankah Anda bisa betah berlama-lama mendengarkan ocehan rekan kerja Anda yang wanita? Bahkan sering menganggap  celoteh mereka sebagai hiburan. Bukankah Anda cukup betah berlama-lama menerima telepon rekan bisnis Anda meski dia seorang wanita? Mengapa mendengarkan suara istri sendiri, Anda malah jengah-enggan-bahkan tak acuh? Wahai para Suami, waspadalah! Waspadalah!

Penulis : Yuyus Robentien, PimpinanRedaksiMatsa-Gemilang, dan Guru di MTsN 1 Kota Malang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News