Malang, IP – Sepeda hingga kini masih menjadi alat transportasi yang digandrungi masyarakat. Bahkan, di masa pandemi Covid-19 ini, bersepeda atau gowes lagi ngetrend. Berolahraga untuk tingkatkan imun tubuh.
Bersepeda biasanya dikayuh. Namun, SMK Nasional Malang kini membikin sepeda listrik (E-Bike). Memiliki motor listrik sebagai alat bantu gerak. Sumber tenaga penggeraknya berasal dari pedal dan juga dari motor listrik. Motor listrik dalam E-Bike menggunakan baterai isi ulang, sehingga dalam penggunaannya motor listrik harus di-charge terlebih dahulu.
SMK Nasional Malang mempunyai empat jenis sepeda listrik dengan spesifikasi berbeda. Pertama dan menjadi ikon adalah Commuter-Bike. Menggunakan baterai Lithium 36 V 15 A kapasitas 480 W. Baterai terisi penuh bisa menempuh jarak hingga 40 Km. Kedua Bledek-Bike, baterai Lithium 48 V 12.5 A kapasitas 1.000 W. Baterai penuh bisa digunakan untuk menempuh jarak hingga 70 Km.
Selanjutnya adalah Skanala Thunder MTB. Menggunakan baterai Lithium 36 V 12 A, kapasitas 350 W. Full charging bisa digunakan menempuh jarak sampai 40 Km. Terakhir Skanala Thunder Selly, menggunakan baterai Lithium 36 V 15 A kapasitas 500 W. Bisa dikendarai hingga jarak 40 km.
Menurut Drs. Muhammad Taufik, M.Pd, inovasi pembuatan E-Bike bersumber dari kondisi pandemi Covid-19 dan juga adanya peluang pasar. Dengan cara memperhatikan trend bersepeda di Kota Malang dan kota-kota lain. Selain itu juga melihat harga spare part (suku cadang) sepeda yang sedang naik tajam. Melihat adanya peluang itu, pihaknya kemudian mencoba bergerak di ekonomi kreatif.
“Sepeda-sepeda yang kami buat, sebenarnya frame dari sepeda bekas, kemudian kami modifikasi di bengkel milik kami. Kami punya bengkel mesin, bengkel las, dan peralatan pengecatan,” ungkap
Muhammad Taufik yang juga Kepala Sekolah SMK Nasional Malang ini, kemarin.
Setelah dimodifikasi, lanjut dia, kemudian suku cadang-suku cadang kelistrikannya dipasang. E-Bike bisa terbentuk layaknya sepeda baru. Harga sepeda disesuaikan dengan suku cadang yang disematkan. “Harganya kami banderol mulai Rp 4.000.000,00,” ujarnya.
Dipaparkannya, dalam pengerjaan modifikasi E-Bike ada empat sampai lima siswa yang dilibatkan. Membutuhkan waktu penyelesaian sekitar empat hari. Untuk sementara siswa yang dilibatkan adalah mereka yang kesulitan mencari tempat magang selama pandemi Covid-19, karena banyaknya perusahaan yang tidak menerima magang bagi siswa untuk praktik industri. Namun mendatang, jika E-Bike mulai bisa diproduksi secara masif, maka siswa yang akan dilibatkan pun akan semakin banyak.
“Masyarakat bisa membawa sepedanya untuk dimodifikasi menjadi E-Bike, makanya kita bergerak di ekonomi kreatif terlebih dahulu,” katanya.
Taufik menambahkan, saat baterai di-charge selama dua jam. E-Bike hasil kreativitas sekolahnya bisa dipakai untuk menempuh jarak sejauh 70 Km. Semakin kecil baterai, durasi pemakaiannya pun juga akan semakin kecil. Cara penggunaan E-Bike sama halnya dengan sepeda biasa. Artinya E-Bike juga masih bisa dikayuh. Namun, saat motor listrik dinyalakan, cara penggunaan seperti halnya sepeda motor.
“Bahkan kalau di lampu merah lupa untuk menancap gas, sepeda tinggal dikayuh saja. Kayuhannya pun sangat ringan, karena ada teknologi magnetnya” pungkasnya
Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, berharap SMK Nasional terus mengembangkan kreativitas E-Bike ini. Baik untuk kepentingan masyarakat, pemerintah, maupun lainnya.
“Kalau terkait kebutuhan pemkot, jelas banyak.
Seperti patroli antar kampung. Semua itu bisa dilakukan, sehingga udara Kota Malang semakin bersih dan hemat energi. Ini juga menjadi peluang baru bagi masyarakat, sebagai lahan usaha dalam memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang ke Malang” tutup Sofyan Edi. (was/sap)