Kab Malang, IP – Terhitung sudah hampir enam tahun sejak Indri Ayuna Ningsih mulai belajar membatik. Saat itu, tahun 2017, Indri pernah mengikuti kegiatan bina desa di Desa Sidodadi, Kecamatan Lawang. Ia juga sempat beberapa kali mengikuti pelatihan membatik dari satu tempat ke tempat lain.
Pun demikian, seiring berjalannya waktu Indri sering mendapat pengalaman dari sesama teman yang menekuni kerajinan batik. Dari pengalamannya tersebut, ia mulai memberanikan diri membuka usaha batik.
Memang tak pernah terbayangkan sebelumnya, jika Ia harus memulai usaha batik. Namun, kini dalam seminggu Ia bisa memproduksi lebih dari empat kain batik.
“Saya membatik sejak tahun 2017. Awal membatik, saya mengikuti kegiatan bina desa lalu saya kembangkan dengan mengikuti beberapa pelatihan lainnya,” ujar Indri, Senin (23/10/2023).
Baca juga:
SDN Sengguruh Produksi Seragam Batik Khas Karya Siswa
Pasar Batik Bromo Tempat Edukasi & Konservasi Batik Rifaiyah
Indri menuturkan, ia sering menggunakan beberapa motif yang merepresentasikan lokalitas daerahnya. Mulai dari motif teh, tawon, wajah lawang, dan bunga kapas. Beberapa motif ia dapat dari hasil reproduksi motif yang sudah ada, namun banyak pula motif yang murni ia ciptakan sendiri.
Batik yang dibuat Indri memiliki ciri khas yang tak dimiliki batik lain. Ia menuturkan, sisi yang membuat batiknya berbeda adalah warna dan coraknya. Ia cenderung menggunakan warna gelap dan coklat dalam motif batik.
Jika ditanya mengenai target pasar, Indri mengatakan tak muluk-muluk mematok target pasar. Pasalnya ia hanya menjual hasil batik melalui pertemanan juga saudara.
“Sebetulnya penjualan masih menjadi kendala utama, karena selama ini hanya menjual ke teman atau saudara,” jelasnya.
Namun berbekal keharusan, Indri menekuni batik semata-mata untuk menjaga warisan nenek moyang. Ia mengartikan batik sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan oleh setiap generasi penerus. Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 110
