Kab Malang, IP – Pengrajin batik asal Karangploso Ita Fitriyah membuat batik bermotif tragedi kanjuruhan. Motif ini terbentuk sebagai wujud kegelisahan atas tragedi yang menelan ratusan korban jiwa di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober tahun lalu.
Baca Juga:Â
Siswa Batu Ukir Prestasi Bergengsi Saat Pandemi Aliya, Talenta Muda Desainer Batik
Terjadinya tragedi itu memang masih membekas di ingatan warga Malang hingga sekarang. Tak terkecuali bagi orang tua yang anaknya turut menjadi korban, mereka masih terus berjuang menuntut keadilan yang dirasa belum menemukan titik terang.
“Saya sebagai Aremanita dan sebagai ibu dari salah satu anak yang Alhamdulillah tidak sampai kenapa-kenapa, belum tentu ibu-ibu lain bisa seberuntung saya, yang anaknya bisa kembali dengan selamat,” ucap Ita Owner Galeri Batik Lintang Karangploso.
Munculnya batik motif tragedi kanjuruhan juga diilhami dari berbagai cerita dari sang anak yang mengalami secara langsung, serta oleh siswa-siswinya yang turut berada di lokasi kejadian saat terjadinya tragedi tersebut.
“Saya ini kan seorang guru ekstrakurikuler, banyak siswa-siswi kami yang ikut, banyak yang terdampak, Alhamdulillah meski ada pengobatan, tidak sampai kehilangan nyawa,” tegasnya.
“Jadi motif ini bentuk kegelisahan saya, satu saya ambil dari fakta-fakta kejadian, cerita dari orang-orang sekitar kami, serta dari foto dan video yang berseliweran di media sosial,” sambung alumni ITN Malang ini.
Ita yang merupakan salah satu seniman batik di Kabupaten Malang, lantas mengaktualisasikan kegelisahannya tersebut dengan membuat motif batik yang dapat mengisahkan tentang Tragedi Kanjuruhan.
Motif Tragedi Kanjuruhan ini ia konsep selama dua minggu lamanya dan berhasil digambarkan dengan ciri khas yang sangat berbeda dengan motif-motif batik lainnya. Dasar dari kain batik mengambil warna biru sebagai ciri dari Arema, kemudian dilengkapi dengan Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan