Kab Malang, IP – Di tengah kemajuan perkembangan teknologi dan modernisasi, keberadaan seni tradisional budaya Jawa masih tetap menjadi ciri khas yang tak ternilai dalam mempertahankan kebudayaan suatu daerah. Salah satu contoh nyata dari upaya pelestarian seni tradisional budaya Jawa dapat ditemukan di Desa Sangguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yaitu di Sanggar Murtitomo.
Sanggar Murtitomo didirikan oleh Ahmad Soleh (43 tahun) atau yang akrab disapa Wahid sebagai wadah inspirasi, kreasi, dan pendidikan seni bagi generasi muda. Harapannya agar anak muda lebih mencintai dan menghargai budayanya sendiri. Apalagi ayah Wahid merupakan seorang seniman ludruk, sehingga ia merasa memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan warisan seni tersebut.
Baca Juga :
Penerapan Nilai-nilai Pancasila Dalam Pendidikan
Keajaiban Alam dan Kebudayaan Suku Tengger di Desa Ngadas Malang
Sanggar Murtitomo juga memproduksi berbagai properti seni tradisional seperti Reog, Bantengan, Topeng, Jaranan, dan Barongan dengan harga bervariasi. Mulai dari Topeng Rp. 250 ribu hingga Barongan seharga Rp. 2 juta. Sanggar ini juga memanfaatkan limbah untuk bahan baku, seperti kayu sengon dan kayu dadap cangkering dalam pembuatan karya seni tradisional untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan memberdayakan komunitas lokal.
Hal tersebut yang kemudian menarik minat penikmat seni tradisional dari dalam negeri maupun luar negeri. Adapun penikmat seni tradisional dari luar negeri seperti negara Singapura, Amerika, dan Australia tertarik datang untuk membeli karya-karya seni dan antusias dalam proses pembuatan karya di Sanggar Murtitomo.
Kesuksesan Sanggar Murtitomo juga tidak lepas dari dukungan dari salah satu perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Malang. Berkat bantuan CSR dari perusahaan ini, memungkinkan pihaknya untuk membangun sanggar dan menyediakan fasilitas memadai bagi anak-anak untuk berkarya Baca konten selengkapnya versi cetak di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 125