Kab Malang, IP – Kini zaman semakin berkembang pesat, mulai dari ilmu pengetahuan hingga teknologi. Sayangnya, perkembangan ini terkadang tidak diimbangi dengan pembentukan akhlak yang baik.
Hal tersebut lantas menciptakan berbagai problematik. Salah satunya melahirkan berbagai tindakan yang dianggap “tidak sesuai” dengan nilai dan norma masyarakat.
Sebab itu, pembentukan “akhlak baik” menjadi penting. Terutama bagi mereka yang masih berada di usia dini. Harapannya bisa menjadi fondasi dalam bersikap dan berperilaku di tengah masyarakat.
Menurut Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Kabupaten Malang, Abdul Malik Karim Amrullah, sebelum membentuk akhlak, masyarakat perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak.
“Menurut filosofi muslim, akhlak merupakan keadaan jiwa yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu tanpa berpikir,” kata pria yang lebih akrab disapa Amka ini.
Ada beberapa faktor yang membuat orang berperilaku, pertama memang karena faktor biologi. Yakni kondisi gen (genetic determinism) atau karakter yang turun temurun.
Kedua, cara orang berperilaku dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jadi tindakan merupakan hasil dari proses pembelajaran dari lingkungannya (environmental determinism). Seperti lingkungan masyarakat, keluarga, sampai dengan lingkungan sekolah atau madrasah.
Baca Juga: Pembangunan Karakter Bangsa Lewat Keluarga
“Tapi lingkungan pertama itu sebenarnya adalah keluarga, sedangkan madrasah atau sekolah itu nomor dua. Jadi ketika lingkungan keluarga itu baik atau memberi sentuhan-sentuhan positif, maka di sekolah pun akan demikian,” tegasnya.
Pembentukan Akhlak di Lingkungan Sekolah Tak Sederhana, Kenapa?
Sayangnya menurut Amka, pembentukan akhlak seseorang di lingkungan sekolah atau madrasah tidak sederhana. Sebab warga sekolah, dalam hal ini guru dan siswa berasal dari berbagai latar belakang yang beraneka ragam.
Dengan demikian, ketika ingin membentuk karakter atau akhlak bagi siswa, maka sekolah mesti melakukan pemetaan secara detail terkait potensi yang siswa miliki.
“Jadi tempatkan siswa pada pos-pos yang lebih positif dan produktif, sehingga keinginan siswa bisa tersalurkan,” kata pria yang juga menjadi Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Maliki Malang ini Baca berita selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan