“Nongkrong” menjadi refres diri atau sudah menjadi kebiasaan?

0

Kab Malang,IP– Nongkrong merupakan bahasa pergaulan anak mudapada zaman sekarang.Dalam Bahasa Indonesia, nongkrong hampir sama artinya dengan berjongkok, duduk atau bersandar pada suatu tempat. Namun dalam definisi selanjutnya istilah nongkrong menjadi lebih luas. Banyak kegiatan dan aktivitas baik aktif maupun pasif yang kemu­dian berkembang dari sekedar duduk atau jongkok, seperti seeing, hearing, standing dan staying.

Nongkrong sudah menjadi salah satu kebiasaan anak muda agar tidak terlalu berkutat dalam pekerjaan, namun bisa menyempatkan diri untuk rileks. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti butuh berinteraksi dengan orang lain. Di setiap sudut dapat kita temukan tempat-tempat tongkrongan anak muda sekarang.

Istilah nongkrong dipakai keti­ka sekumpulan anak muda mau­pun dewasa melakukan kegiatan di suatu tempat untuk duduk, berbicara bahkan terkadang tidak melakukan hal apapun. Umumnya, kegiatan ini dilakukan di warung kopi (warkop) hingga kafe-kafe populer atau hits yang kian banyak bermunculan sekarang

Ada banyak faktor yang menjadi latar belakang kegiatran tersebut seperti kecendrungan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berkum­pul bersama (social interaction) dalam setiap kepentingan dan tujuan yang sama, Sehingga pada akhirnya akan membentuk kelom­pok-kelompok dengan kepentingan yang sama.Kelompok tersebuat antara lain :

Pertama, kelompok berdasakan sifatnya yang sementara/(casual crowded), yang terbagi atas incon­venient agoregation, yaitu kelom­pok yang sifatnya kurang menye­nangkan.

Kedua, panic crowded, yaitu kelompok yang timbul akibat rasa cemas dan panik. serta yang tera­khir, spectator crowd yaitu kelom­pok yang timbul akibat sebuah ke­jadian tertentu

Ketiga kelompok berdasarkan tindakan hukum yang dilakukan (lawless crowd), yang terbagi atas acting mobs, yaitu kelompok yang muncul karena rasa emosi. kemudi­an immortal crowded yaitu kelom­pok yang kehadirannya melanggar hukum.

Maraknya tempat nongkrong saat ini bisa merubah gaya hidup seseorang, tergantung juga kepa­da karakteristik orang itu sendiri. Dahulu di masa orang tua kita, memang sudah ada budaya nong­krong. Namun, orang yang melakukan kegiatan ini hanyalah para orang tua yang duduk di warung kopi.Dulunya, warung kopi tidak seperti warung kopi yang ada sekarang desainnya tidak menarik, belum ada fasilitas Wi-Fi, serta hanya kal­angan lelaki yang duduk di sana.

Hari ini, nongkrong sudah seper­ti agenda wajib dan menjadi tren di kalangan remaja masa kini.Apalagi sekarang sudah ada aplikasi Instagram yang didalamnya mempunyai fitur instastory. Fitur ini menarik banyak remaja untuk selalu update Instagram ketika duduk di suatu kafe. Hebat­nya pengaruh WESTERNISASI (sebuah proses dimana masyarakat berada dalam pengaruh atau meng­adopsi budaya barat dalam berbagai bidang, seperti industry, teknolo­gi, hukum, politik, ekonomi, gaya hidup, gaya makan, pakaian, baha­sa, alphabet, agama, filsafat) yang makin meradang membuat genera­si muda mulai berpikir bahwa mi­num kopi atau sekedar bersantai di cafe itu terlihat berkelas.

Dari sinilah kegiatan nong­krong di kafe pun jadi bagian gaya hidup atau lifestyle. Kecenderungan ini ada pada remaja. Di masa se­karang, mereka ingin dipandang eksis dan diterima oleh kelompok pergaulannya. Karena itulah, mere­ka menyesuaikan diri dalam segi penampilan dan gaya hidup, Bah­kan banyak remaja yang menyalah gunakan café sebagai tempat wisa­ta sehingga tak sedikit remaja yang bolos dari sekolah karna sudah ter­biasa dengan yang namanya nong­krong. (MIS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News