Kab Malang, IP – Topeng Malangan tidak hanya menyentuh bidang kesenian semata, melainkan juga sudah sampai pada bisnis perdagangan. Lantas bagaimana kondisi perdagangan Topeng Malangan selama pandemi Covid-19? Untuk mengetahui hal ini, Inspirasi Pendidikan mengkonfirmasi kepada Handoyo, pengrajin sekaligus pedagang Topeng Malangan di Kabupaten Malang.
Saat ditemui, Handoyo bersama salah seorang pengrajin lainnya sedang sibuk memahat kayu yang bakal dijadikan kerajinan Topeng Malangan. Sembari tangan kreatif miliknya sibuk membentuk pahatan-pahatan khas Topeng Malangan, Handoyo menjelaskan bahwa semenjak pandemi penjualan Topeng Malangan “anjlok” hingga 80%.
“Tapi walaupun pesanan itu tidak ada, tapi kami masih tetap membuat (Kerajinan Topeng Malangan, Red). Tujuan saya agar kita memiliki stok yang banyak. Jadi kalau kondisi sudah normal, kita bisa mengganti waktu yang tidak ada pemasukan itu. Dengan waktu yang istilahnya banyak pemasukannya,” ujar Handoyo
Dirinya lantas menuturkan, biaya operasional selama pandemi berasal dari uang tabungan dan hasil usaha lain miliknya. Mengingat omzet pendapatan yang dihasilkan menurun drastis. Sebelum pandemi dirinya masih bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp. 5 Juta tiap bulan. Sedangkan selama pandemi pendapatan hanya Rp. 200 ribu sampai Rp. 500 ribu per bulannya.
“Pembelian barang selama pandemi memang hampir tidak ada. Sebenarnya untuk penjualan Topeng Malangan kita sudah ke beberapa daerah. Kemudian kalau ada kunjungan orang-orang asing biasanya mereka beli untuk dibawa ke luar negeri. Namun karena pandemi, yang beli itu dari beberapa sekolah dan beberapa instansi sekitar Malang saja,” bebernya
Disinggung masalah harga, Handoyo menjelaskan kerajinan Topeng Malangan di banderol dari harga Rp. 15.000 (suvenir) sampai harga Rp. 1.000.000 (topeng untuk menari dengan kualitas paling bagus). Besaran harga jual tersebut didasarkan dari jenis kerajinan, bentuk Topeng Malangan hingga kualitas bahan atau kayu yang digunakan.
“Kita mempunyai 76 karakter Topeng Malangan, itu dibagi menjadi empat kelompok yakni tokoh perwatakan baik, tokoh perwatakan jahat, tokoh abdi atau pembantu, dan tokoh binatang. Harga kerajinan tiap karakter ini berbeda, dilihat dari tingkat kesulitan pembuatannya,” jelas Ketua Sanggar Asmorobangun tersebut
Pengrajin Topeng Malangan yang sudah bergerak sejak tahun 1992 ini lantas berharap, mendatang jika kondisi sudah mulai normal kembali pembeli dan peminat kerajinan maupun seni Topeng Malangan ini semakin bertambah. Dengan demikian pihaknya bisa menambah karyawan, dengan tujuan utama yakni agar Desa Kedungmonggo, Kec. Pakisaji dapat menjadi desa wisata Topeng Malangan. (was)