Inspirasi Pendidikan – Gerakan radikalisme menjadi isu hangat dan diskusi publik akhir-akhir ini. Banyak institusi menyelenggarakan sosialisasi terhadap bahaya radikalisme yang berusaha merongrong kedaulatan NKRI. Semangat inilah yang membuat Bhirawa Society Malang menggelar kegiatan Dialog Interaktif dengan tema “Menolak Paham Radikalisme dan Terorisme” di Gedung Pusat Universitas Merdeka Malang (UNMER) Lt.3, Jumat (28/07/2017).
Gelar dialog tersebut adalah hasil kerjasama antara Bhirawa Society Malang dengan Direktorat Organisasi Kemasyarakatan Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri dan Prodi Administrasi Publik UNMER Malang. Kegiatan ini adalah untuk memperkuat rasa nasionalisme dan memberikan pencerahan terhadap apa yang terjadi hari ini, seperti yang dijelaskan oleh Bambang Sulistyo.
“Penting untuk melakukan empowering atau memperkuat rasa nasionalisme dan enlightment atau pencerahan kepada kita semua tentang apa itu radikalisme dan terorisme”, jelas Bambang.
Ia menambahkan, jangan sampai ada gerakan dengan ideologi transnasional terus berkembang di Indonesia, yang kemudian hari bisa merongrong kebhinekaan. Senada dengan Bambang, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik, Dr. H. Supardi, M.Si., mengatakan bahwa Pancasila, UUD 1945 dan NKRI adalah final.
“Kampus UNMER adalah kampus Pancasila yang menolak virus radikalisme dan terorisme”, tegasnya.
Kegiatan ini menghadirkan tiga pembicara yang kompeten diantaranya AKP Nunung Anggraini, Polres Kota Malang, Dr. Zainudin, Wakil Rektor 1 UIN Malang dan Abdullah SAM, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin Sumberpucung. Ketiganya memaparkan informasi seputar radikalisme dan terorisme dari sudut pandang yang berbeda, AKP Nunung Anggraini misalnya. Ia memaparkan langkah untuk menangkal gerakan radikalisme dan terorisme dengan memberikan wawasan kepada masyarakat.
“Masyarakat harus diberikan wawasan untuk dapat menjaga lingkungannya, seperti wajib lapor 1 x 24 jam kepada seluruh elemen masyarakat utamanya RT, RW untuk menangkal aktifitas-aktifitas yang tidak diinginkan”, papar Nunung.
Nunung juga mengajak masyarakat untuk menyatukan persepsi satu sama lain dengan menggunakan pancasila dan terus memupuk rasa nasionalisme sejak dini.
Dari sudut pandang pendidikan, Dr. Zainudin, Wakil Rektor 1 UIN Malang mengatakan pentingnya peran lembaga pendidikan dalam menangkal gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia. “Peran lembaga pendidikan adalah memberikan pengetahuan agama yang benar kepada peserta didik”, pungkasnya.
Masih Zainudin, Ia berharap lembaga pendidikan dapat menjelaskan agama rahmatan lil alamain dalam konteks islam dan memahamkan konteks-konteks sosial untuk tidak membahayakan agama-agama lain.
“Perlu dipahami bahwa radikalisme dan terorisme adalah masalah bangsa!”, tegasnya.
Sementara itu dengan sudut pandang islam, Abdullah SAM, Pengasuh Pesantren Rakyat Al-Amin juga turut memberikan pandangannya. Menurutnya, saat ini sudah tidak seperti tahun 1965. “Saat ini kita sudah merdeka”, jelas Abdullah SAM.
Kepada ratusan peserta dialog, pria asli Malang ini menegaskan, tidak ada alasan untuk generasi muslim untuk tidak menghormati yang lain. “Oleh karena itu, kita harus cinta Pancasila”, ajaknya.
“Kalau ada tikus di dalam lumbung, jangan lumbungnya yang dibakar. Ketika negara kita belum bagus, maka jangan negaranya yang dibubarkan”, tegas Abdullah.
Perwakilan dari Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum, Dwi Cahyo Mahardika juga berpesan, paham radikalisme dapat dibendung khususnya dalam dunia kampus. “Saya berpesan kepada mahasiswa untuk terus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Dengan inilah paham radikalisme dan terorisme dapat dibendung”, pesan Dwi.
Pada kesempatan itu, mayoritas peserta dialog adalah para mahasiswa dan aktifis kelompok cipayung. Tak hanya itu, jajaran dosen, civitas akademika UNMER dan Ketua Yayasan Merdeka Malang, H. Tukino, Si., turur menghadiri agenda tersebut. (ncp)