Kab Malang, IP-Pada era sebelumtahun 1990, perpustakaan menjadi tempat yang popular untuk mencari buku-buku referensi, buka bacaan fiksi, dan lainnya. Saat itu belum ada gadget, sehingga perpustakaan menjadi tempat idola masyarakat dan pelajar untuk
meminjam buku.
Namun, kini pada era modern ini perpustakaan sangat minim pengunjung. Bahkan, menjadi tempat yang dirasa sangat membosankan. Kebiasaan membaca dan menulis
pada masyarakat dan pelajar jaman dahulu, kini telah teralihkan oleh mesin pencari di gadget, sehingga banyak anak remaja lebih mengandalkan mencari di mesin pencari dalam gadget dari pada membaca di perpustakaan. Padahal, perpustakaan merupakan
sebuah tempat yang cocok untuk menambah wawassan dengan membaca secara rinci. Kini perpustakaan pun sudah ada yang melakukan digitalisasi koleksi bukunya, sehingga masyarakat bisa lebih mudah membaca koleksi buku itu melalui gadget. Di saat minat baca masyarakat saat ini rendah dan minim literasi, SMAN I Kepanjen berusaha membranding
perpustakaan sekolah. Tujuannya jelas guna meningkatkan kesukaan siswa agar kembali menyukai literasi. Menurut Kepala Sekolah (Kasek) SMAN I Kepanjen, Drs Sugeng Satrio
Utomo S.Pd, dalam upaya branding perpustakaan sekolah ini, dia dibantu staf dewan guru dan seluruh siswa. Bahkan, kini perpustakaan sekolah SMAN I Kepanjen meraih predikat
akreditasi A.
Untuk perpustakaan sekolahini, sejak 2019 Sugeng mempunyai obsesi menjadi perpustakaan rujukan nasional. “Awalnya perpustakaan SMAN I Kepanjen tidak seindah yang dilihat sekarang. Dulunya perpustakaan yang dibangun pada tahun 2010 ini lokasinya berada di paling belakang dan bersebelahan dengan tempat parkir. “Melihat lokasi yang kurang strategis sehingga membuat perpustakaan kurang menarik bagi pelajar, akhirnya
perpustakaan kami pindah ke lantai 2 agar lebih mudah dijangkau oleh para siswa dan guru” tutur Yuli Erna Putri S.I.Pus, guru pembimbing perpustakaan SMAN I Kepanjen, kemarin. Puji Lestari selaku pembimbing di perpustakaan SMAN I Kepanjen menjelaskan, saat ini perpustakaan sekolah ini memiliki 7.336 judul buku. “Semua buku itu diperoleh dari program perpustakaan yang Alhamdulillah rutin berjalan, seperti program satu anak
satu buku, program gesek,ada juga sinau literasi,dan festival aliterasi. Kami juga memiliki komunitas siswa yang namanya gintasangkil,” papar Puji.
Gintasangkil merupakan sebuah komunitas belajar membaca dan menulis yang nantinya karya tulis mereka akan difasilitasi biaya oleh perpus sampai saat ini sudah ada 35 buku karangan para siswa dan sudah per-ISBN yang diterbitkan. Pihaknyajuga memberi
reward kepada pemustaka terbaik di SMAN I Kepanjen yang setiap bulanya diumumkan pada saat upacara bendera.
Moh Ahsan Sohifur Rizal, guru pembimbing perpustakaan SMAN I Kepanjen menambahkan, untuk menuju perpustakaan menjadi seperti ini butuh ketelatenan dan perhatian yang lebih. Apalagi melihat siklus baca siswa sekarang sudah mulai berkurang. Saat lokasinya di belakang dulu hanya ada beberapa saja yang masuk ke perpustakaan. “Namun berkat sinergitasd dari seluruh siswa dan dewan guru, terutama dari kasek, tentunya saat ini kami
bisa mendapat akreditasi A, dan baru perpustakaan sekolah ini di KabupatenMalang,” jelasnya.
Ahsan juga mengungkapkan, saat ini pihaknya bersama dewan guru sedang menggagas kafe perpustakaan yang nantinya pengunjung bisa lebih nyaman dan tidak bosan untuk
membaca. Terlebih lagi, kasek memiliki misi yaitu perpustakaan digital dan menjadi perpustakan rujukan tingkat
nasional.(mis)