Makanan Berbasis Putih Telur untuk Cegah Stunting

0
Tim PKM Kewirausahaan Universitas Brawijaya (kiri ke kanan: Primus Ihza, Nindya Grika, Laila, Desy Putri, Ilham Setiawan)
Tim PKM Kewirausahaan Universitas Brawijaya (kiri ke kanan: Primus Ihza, Nindya Grika, Laila, Desy Putri, Ilham Setiawan)
Dalam Pimnas 33 di UGM, terdapat inovasi dari tim PKM Kewirausahaan (PKM-K) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) yang cukup menarik perhatian. Tim yang diketuai Desy Putri Utami ini menciptakan inovasi berupa makanan pendamping balita berbasis fermentasi putih telur ayam. Gunanya untuk mendukung pencegahan stunting pada balita.
Diketahui permasalahan stunting adalah kondisi balita pendek yang mengalami gangguan pertumbuhan linier, dan terjadi akibat kurangnya asupan gizi. Kekurangan gizi, juga disebabkan oleh kesenjangan energi dan zat besi pada balita yang semakin tinggi seiring balita bertumbuh. Sehingga diperlukan pemenuhan gizi, dalam bentuk makanan pendamping.
“Hal ini menjadi ketertarikan utama kami untuk mengonsep produk makanan pendamping balita berbasis fermentasi putih telur ayam, dengan fortifikasi sayuran untuk menghasilkan produk yang tinggi protein,” ujar Desy
Mahasiswi FTP angkatan 2017 ini melanjutkan, makanan pendamping balita yang diberi nama EGGEE itu berbentuk serbuk kering dengan takaran saji 25 gram per sachet. Dijual dalam bundel berisi 7 sachet, dengan harga Rp 4 ribu  tiap sachetnya.
Bahan utama yang digunakan mencakup putih telur ayam, wortel dan bayam. Waktu ideal untuk membuat produk ini dalam skala laboratorium kurang lebih 2 sampai 3 minggu. Namun, untuk penjualan perlu dilakukan berbagai uji nutrisi, serta pengajuan sertifikasi dahulu agar menjamin bahwa produk ini layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan. Mengingat yang mengonsumsi adalah balita, maka keamanan pangan menjadi prioritas utama.
Berbagai sertifikasi yang mungkin dapat diajukan mendatang mencakup SNI 01-7111.1-2005. Juga uji klinik pada pangan olahan sesuai dengan CUKB (cara uji klinik yang baik), agar tim dapat mengajukan kelayakan di BPOM. “Kami pribadi sangat berharap, agar gagasan ini nantinya bisa menerima hibah pada program lain, atau mendapat bantuan agar dapat direalisasikan hingga nyata,” tandas Mahasiswi Jurusan Teknik Industri Pertanian ini
Diketahui alur proses produksi dimulai dengan steam blanching sayur.
Dilanjutkan penambahan NaCl (Natrium Klorida) ke dalam sayur, guna melakukan fermentasi spontan. Kemudian, fermentasi pada putih telur dilakukan secara terpisah dengan starter lactobacillus delbrueckii subsp. delbrueckii. Selanjutnya ditambahkan enzim glucose oxidase, lalu diinkubasi. Seluruh bahan dicampur dan dikeringkan menggunakan cabinet dryer. Hasil produk kering akan diekstrusi, dihaluskan kemudian diayak.
Menurutnya apabila produk ini berhasil direalisasikan, manfaat yang bisa dirasakan secara langsung adalah balita mendapatkan pemenuhan gizi sebanyak 2,7 kkal per gram energi. Serta 3,4 gram protein dan 0,86 miligram zat besi per 100 gram. Selain itu Inovasi produk ini dianggap memiliki keunggulan, yakni adanya teknologi fermentasi yang belum diimplementasikan pada produk makanan pendamping balita di Indonesia.
Tidak hanya berupa produk makanan, Desy bersama tim juga membuat inovasi berupa aplikasi penghitung indeks stunting yang memanfaatkan data antropometri (panjang, berat dan usia anak) dan dihitung berdasarkan standar median Z-score WHO. Sehingga deteksi stunting bisa dilakukan secara lebih cepat dan tepat. Aplikasi ini tidak hanya sekedar aplikasi pintar yang interaktif, namun juga turut menganjurkan calon konsumen untuk melakukan imunisasi di posyandu demi mendapatkan data antropometri.
Data indeks pertumbuhan memang sudah tersedia di buku imunisasi. Namun biasanya tidak efektif karena informasi indeks tersebut tidak dijelaskan oleh kader kesehatan ke orang tua. Sehingga orangtua tidak paham bagaimana perkembangan anak secara eksak (kuantitatif dengan data). “Walaupun bergerak di bidang kewirausahaan, kami tidak hanya membuat produk berorientasi profit saja. Tetapi juga berorientasi sosial agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam gerakan pencegahan stunting” ujar Desy
Berkat inovasi-inovasi yang ditawarkan tim PKM-K bimbingan Riska Septifani STP. MP yang terdiri dari Desy Putri Utami, Ilham Setiawan, Laila,Nindya Grika Mirillia, dan Primus Muhammad Ihza Kusuma berhasil menyumbang 2 medali untuk Universitas Brawijaya dari total perolehan 15 medali di Pimna 33. Dengan rincian, satu medali emas untuk kategori presentasi dan satu medali perak untuk kategori poster. “Perolehan ini kami dapat di PKM-K kelas 3 yang berisi 21 tim dari berbagai universitas, dgn jumlah total ada sebanyak 82 tim PKMK yang bersaing di 4 kelas berbeda” tutup Desy. (was)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News