Malang, IP – Di dalam masyarakat, seharusnya setiap orang mendapatkan hak-hak yang sama. Tidak terbatas oleh ras, suku, agama, maupun gender. Begitu pula antara perempuan dengan laki-laki, seharunya mempunyai hak yang setara untuk menjalankan kehidupannya. Pemikiran itu yang membuat Nuril Qomariyah, memfokuskan diri memperjuangkan perempuan agar berdaya.
Nuril merupakan seorang mahasiswi. Dia adalah Koordinator Komunitas Perempuan Bergerak (KPB). Menurut Nuril, penting memperjuangkan masalah pemberdayaan perempuan. Karena, sistem dan budaya masyarakat masih cenderung patriarki. Maksudnya, masyarakat lebih fokus pada pemberdayaan laki-laki, sedang wanita cenderung kurang diperhatikan.
“Patriarki bukan berarti hanya perempuan yang tertindas. Tetapi, dalam satu waktu wanita itu lebih cenderung tertindas, sehingga pemberdayaan perempuan harus terus didorong” jelas Nuril.
Dia mengakui, komunitasnya tidak memiliki lembaga hukum yang menaungi. Karena itu, sementara ini untuk advokasi kasus; misal tindak kekerasan terhadap perempuan, pihaknya menyerahkannya ke lembaga-lembaga yang lebih kompeten dan sudah memiliki badan hukum.
Program kerja KPB lebih kepada penyebaran pemahaman, melalui tulisan-tulisan yang disebar melalui website dan akun instragram (IG) komunitas. Selain itu juga melalui kegiatan yang mengusung kesetaraan dan keadilan sebagai nilai kemanusiaan.
“Jadi bagaimana wanita benar-benar bergerak. Mulai dari bergerak secara finansial, pemikiran, hingga perempuan-perempuan berprestasi. Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan itu bisa memimpin, perempuan itu bisa berdikari. Yang dicari antara perempuan dan laki-laki itu bukan kesamaan, tetapi kesetaraan atau kesalingan. Jadi perempuan dan laki-laki itu saling berkolaborasi bergerak untuk nilai-nilai kemanusiaan” tambahnya
Nuril melanjutkan, menjadi perempuan tidak harus menyalahi norma atau aturan. Tetapi perempuan mempunyai ruang-ruang untuk membuka diri dan pemikiran, agar bisa terus berkembang. Jika wanita menutup diri dan pemikirannya, itu justru menjadi penghambat utama bagi wanita untuk maju. Wanita harus bisa selesai dengan dirinya sendiri, sebelum mengeksplore diri di luar.
“Kami menyadari sebagai manusia, kami harus bisa memanusiakan manusia. Kadang ketika kami memperjuangkan terkait kesetaraan dan pemberdayaan perempuan, tidak jarang kami menemukan perempuan yang saling menjatuhkan perempuan lainnya. Di Perempuan Bergerak ini saya akhirnya belajar, kalau kami mau ke puncak harus bareng-bareng,” papar Nuril.
Terakhir Nuril memberi kesimpulan, dari sekian banyak isu tentang masalah-masalah perempuan, isu yang paling besar adalah masalah pendidikan. Karena semua hal tentang perempuan, juga dimulai dari pendidikan. Maksudnya ketika edukasi kepada perempuan itu belum tuntas, terkait kesetaraan gender atau perspektif tentang membangun keadilan, maka dapat menciptakan masalah atau isu-isu lainnya. (was)