Malang, IP – Dua tim SMPK Santa Maria 1, yakni Tim Mie Porang dan Tim Yogurt, Berjaya di ajang National Applied Science Project Olympiad (NASPO) 2020 kategori ketahanan pangan. Kedua tim menyabet medali emas.
Tim Mie Porang terdiri dari Renetta Deleene Santoso (Kelas IXB-24), Michelle Tjongari (Kelas IXB-21), dan Allyn Grace Margaretha (Kelas VIIA-3). Sedang Tim Yogurt beranggotakan Jenifer Marcia Susanto (Kelas VIIB-15), Joanito Rurando (Kelas VIII 8C-22), dan Bimo Indra Prasetyo (Kelas IX-09).
NASPO merupakan kegiatan lomba tingkat nasional. Diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA). Terselenggara secara daring pada 18 sampai 23 Desember 2020. NASPO 2020 diikuti para siswa dari level SD hingga universitas di seluruh Indonesia.
“Untuk anggota tim memang kami mengikutsertakan juga kelas VII, agar nantinya ada regenerasi. Ketika ada siswa berprestasi sudah lulus, paling tidak kami punya bibit, sehingga harapan kami tetap bisa meneruskan prestasi yang sudah diperoleh. Karena, tidak ada sesuatu yang bisa berhasil dan bertahan tanpa persiapan” ujar Amz. Supardono, Guru Pembimbing Tim SMPK Santa Maria 1
Tim Mie Porang memiliki inovasi yang cukup unik. Yakni melakukan fortifikasi tepung umbi porang dan daun kelor pada mie basah. Fortifikasi pada mie basah itu, memiliki manfaat untuk mencegah stunting. Daun kelor dan tepung umbi porang digunakan karena menyimpan kandungan zat gizi yang baik untuk pertumbuhan.
Tidak kalah menariknya, Tim Yoghurt juga memiliki inovasi fortifikasi kulit ubi ungu dan bungkil tempe pada yoghurt yang berguna bagi kesehatan tubuh.
Fortifikasi pada yoghurt dipilih, karena yoghurt mengandung bakteri yang baik. Untuk kulit ubi ungu, mengandung antioksidan, protein dan ransum.
Sedangkan bungkil tempe memiliki kandungan lemak dalam darah yang berguna untuk menurunkan kolesterol.
Supardono melanjutkan, timnya dapat menjadi juara karena mendapatkan nilai tertinggi dari ekstended abstrak dan kelengkapan atau
lampiran-lampiran yang dikirim kepada pihak panitia. Selain itu juga ditambah dengan penilaian presentasi yang dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom. Presentasi secara daring baru kali ini dilakukan, sehingga membutuhkan penyesuaian dan persiapan yang lebih matang.
“Presentasi secara online, kami perlu banyak latihan. Anak-anak juga belum terbiasa. Dulu yang bisa langsung tatap muka tiga orang berbarengan. Sekarang harus sendiri, menghadap komputer masing-masing” ungkap Supardono
Disinggung tentang strategi yang ditekankan pada saat persiapan,. pria yang akrab dipanggil Dono ini menuturkan, bahwa siswa bimbingannya diarahkan untuk berpikir kritis dan mencari inspirasi dengan membaca berbagai literatur ilmiah.
Setelah wawasan terbentuk, siswa diajarkan untuk jeli melihat isu atau tren yang sedang berkembang.
Terakhir memotivasi untuk mencari peluang, terkait potensi yang bisa dimanfaatkan.
Melalui strategi semacam itu, inovasi fortifikasi makanan baik pada mie atau pun yoghurt bisa terbentuk. Akhirnya hasilnya nyata. Yaitu, mampu menjadi juara di NASPO 2020.
“Baik sekolah atau guru, harus bisa mengembangkan kemampuan anak tentang kolaborasi, kerja sama, dan komunikasi. Selanjutnya bagaimana membangun pikiran kritis siswa, dengan melihat berbagai persoalan yang sedang terjadi.
Jadi anak-anak harus dihadapkan dengan masalah yang konstektual di masyarakat,” pesan Dono menutup percakapan. (was)