Pembelajaran KewirausahaanSaat Pandemi Oleh: Dr. Imam Mutasim, M.Pd

0

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya memiliki tiga ranah kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosional bisa diasah diantaranya melalui pembelajaran kewirausahaan (Entrepreneurship). Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Dampak meluasnya pandemi virus corona pada saat ini sangat dirasakan oleh banyak negara tidak terkecuali adalah Indonesia, hampir di seluruh provinsi mengalami perubahan yang cukup signifikan yang disebabkan pandemi ini. Salah satu aspek yang terdampak ialah kegiatan perekonomian, karyawan perusahaan atau pabrik-pabrik mengalami PHK dan dirumahkan sampai dengan waktu yang belum pasti kapan berakhir.

Tentunya banyak dari mereka yang masih menunggu kepastian, apakah tetap bisa bekerja seperti sedia kala atau pasrah dengan kondisi yang terjadi saat ini namun kebutuhan hidup keluarga tetap harus berjalan. Melihat kondisi ini sebaiknya dimanfaatkan untuk memberikan pembelajaran kewirausahaan kepada anak-anak karena proses pendidikan mayoritas tidak dilaksanakan secara tatap muka di sekolah-sekolah tetapi dilakukan secara daring bisa di rumah masing-masing. Durasi waktu belajar pun tidak terlalu lama.

Sisa waktu ini bisa dimanfaatkan untuk belajar kewirausahaan atau kewiraswastaan secara nyata di masyarakat atas bimbingan dan pendampingan oleh orang tua masing-masing.
Suatu misal, jika tempat tinggalnya berada di perkotaan kebetulan rumahnya dekat dengan jalan ada teras bisa dimanfaatkan maka cukup dipasang meja dan kursi dengan catatan tetap mengikuti protokol kesehatan. Di lokasi di tulis “menjual makanan dan minuman penjaga stamina”. Caranya dengan memberikan suguhan minuman yang sehat misalnya minuman jeruk panas tentunya harus benar-benar terasa jeruk dan manisnya dengan gelas kaca bukan plastik, gula asli bukan dengan sari manis. Peralatan di cuci dengan benar, menggunakan sendok yang stainless bukan sendok plastik sebagai pengaduk.

Menyediakan STMJ yang diproses secara sehat, begitu juga dengan makanan atau kue harus dimasak secara sehat dengan tempat makanan yang higienis. Jika rumah atau tempat tinggal tidak dekat jalan tetapi di belakang, rumah masih ada sisa tanah walaupun tidak luas dapat dimanfaatkan untuk memelihara burung merpati dengan cara dibuatkan kandang-kandang dari bambu atau kawat, dalam waktu tidak lama maka merpati itu bisa berkembang dan bisa digunakan untuk lauk pauk minimal untuk keperluan keluarga.
Contoh pembelajaran kewirausahaan jika tempat tinggal anak berada di pedesaan, orang tua melakukan sewa tanah atau lahan untuk bertani (menanam padi, tebu, atau jagung manis) transaksi sewa tetap dilakukan oleh orang tua dengan cara menulis di surat perjanjian pihak pertama si Fulan telah menyewakan tanah seluas dan seterusnya kepada pihak kedua yaitu ditulis nama anaknya dalam kurung nama orang tuanya, dan seterusnya.

Proses penggarapan, pemupukan pembayaran pupuk, pembayaran kuli atau tenaga kerja harus dilibatkan si anak supaya bisa mengetahui secara langsung, proses penjualan hasil dan pembayarannya pun harus melibatkan si anak beserta penghitungan untung tentunya dalam pendampingan dan pengawasan orang tua secara langsung.

Sebagian untung bisa diberikan atau dialokasikan kepada anak untuk disimpan di rekening dengan maksud untuk persiapan biaya menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Jika memiliki sepeda motor anak sudah beranjak dewasa bisa dipercaya untuk mengurus pembayaran atau pemesanan pupuk, mencari tenaga kerja untuk mengerjakan usaha secara langsung agar anak bisa paham benar tentang proses. Tentunya berbeda lagi dengan orang tua yang telah memiliki usaha semenjak belum terjadinya pandemi, suatu misal orang tua memang sudah memiliki toko atau rumah makan dan sudah berjalan, tinggal melakukan proses pelibatan anak dalam usaha tersebut dengan cara anak belajar untuk melayani pembeli ataupun menjadi kasir yang tetap didampingi orang tua artinya saat pandemi ini seyogyanya bukan dijadikan sebagai renungan tetapi harus merupakan kenyataan yang perlu disikapi sebagai momen untuk memberikan pembelajaran kepada generasi muda pertama pembelajaran kewirausahaan yang melibatkan anak secara langsung dalam proses kegiatan ekonomi.

Prinsipnya orang tua harus memberikan rasa sayang kepada anak sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai dengan keinginan, jika rasa sayang itu diberikan sesuai kebutuhan maka orang tua harus melibatkan proses pencarian uang kepada anak bukan hanya memberikan uang kepada anak sesuai yang ia minta. Jika terjadi sebaliknya orang tua memberikan rasa sayang kepada anak sesuai dengan keinginan maka orang tua hanya akan memberikan uang dan uang tentunya si anak tidak akan ada rasa puas-puasnya dan selalu menuntut lebih. Hal ini menyebabkan perkembangan mental anak menjadi kurang baik, kental dengan ketergantungan dengan istilah dan kata-kata siapa orang tua saya bukan siapa saya dalam konteks kemampuan finansial.

Harapan kita semua adalah masa pandemi ini bisa segera berakhir sehingga semua sektor kehidupan bisa berjalan dengan lancar baik ekonomi, pendidikan dan sektor-sektor yang lain yang semua itu saling memperkuat dan mendukung antara yang satu dengan yang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News