Kab Malang, IP – Dalam mengenalkan Topeng Malangan, Handoyo Ketua Sanggar Seni Topeng Malangan Asmorobangun menuturkan bahwa warga perlu di edukasi berkali-kali. Oleh karenanya perlu diadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya rutin.
“Jadi edukasi tidak hanya sekali, karena itu kita mengadakan kegiatan rutin. Seperti pelatihan tari, pelatihan gamelan, hingga pembuatan topeng tiap hari harus ada,” kata Handoyo
Disinggung terkait bagaimana fokus edukasi terhadap para siswa sekolah yang ada di Malang, dirinya menuturkan bahwa pemberian edukasi lebih kepada informasi sejarah dari sanggar seni itu sendiri.
Selain itu juga pemberian edukasi terkait dengan proses pembuatan Topeng Malangan, mulai dari bahan dan alat yang harus disiapkan, lalu berkaitan dengan teknik dalam pembuatan Topeng Malangan.
“Saya kira itu sangat bagus, karena itu sebagai awal anak-anak muda milenial untuk mengenali budayanya sendiri,” tegasnya
Menurutnya siswa sekolah memang harus dipaksa terjun langsung kepada pegiat-pegiat seni Topeng Malangan. Supaya info yang diperoleh dapat berasal dari sumbernya langsung.
Tujuannya agar informasi yang diberikan dapat lebih akurat, jika dibandingkan dengan referensi-referensi dari orang kedua.
Misalnya saja dari sumber-sumber di internet, atau dari buku yang pengarangnya bukan pegiat seni Topeng Malangan.
“Untuk anak-anak muda yang mau datang ke tempat kesenian tradisi dan mereka ingin tahu secara langsung tentang budayanya, itu saya sangat senang,” kata Handoyo
Handoyo menuturkan bahwa edukasi bagi anak-anak sekolah yang datang ke sanggarnya untuk belajar diberikan secara gratis. Karena motivasinya bukan untuk menambah pendapatan, tapi lebih kepada untuk pelestarian budaya.
“Tujuan saya itu memberikan informasi yang benar tentang kesenian wayang Topeng Malang, supaya mereka juga dapat meneruskan informasi yang benar tersebut kepada orang lain,” paparnya
Berdasarkan pengalamannya, banyak informasi yang beredar terkait Topeng Malangan sedikit kurang akurat. Mengingat literasi yang menjadi acuan, terkadang dibuat oleh orang yang tidak terjun langsung ke lapangan.
“Pernah ada yang semacam itu, jadi informasinya tidak berjalan lancar. Maksudnya pembahasan tentang Sanggar Seni Asmorobangun dan Topeng Malangan tidak runtut sebagaimana dari sumbernya langsung,” ujar Handoyo
Paling tidak dengan hal-hal semacam itu, pengalaman yang dia rasakan dari awal berdirinya sanggar di jaman sang kakek hingga sekarang bisa dirinya bagikan kepada orang lain.
Alasannya tetap untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan akurat, mengenai Sanggar Seni Asmorobangun dan Topeng Malangan.
Sebagai informasi, walaupun dalam masa pandemi masih banyak siswa maupun mahasiswa yang datang ke tempatnya untuk mencari informasi tentang Topeng Malangan.
Namun proses edukasi bagi mereka, di masa pandemi tetap mengupayakan protokol kesehatan.