Jam Jadul

0
Ilustrasi Bejo. (Foto: Dok Inspirasi Pendidikan)

“Mari mangan permen, sek isuk untu wes cekat cekot,” gerutu Cak Men mengawali hari. Dengan pipi sebelah kanan yang sudah bengkak menyerupai “jemblem”, Cak Men menunjukkan ekspresi menahan sakit.

Sudah sepantasnya itu terjadi. Usut punya usut, sakit gigi yang ia diderita akibat kegemaran makan kudapan manis, namun tak diimbangi dengan rutin gosok gigi.

“Mulakne lek sikatan iku bendino, ora sak minggu pisan,” ejek Bejo sembari melangkahkan kaki ke depan teras Cak Men.

“Gundulmu, sak iki sikatan isuk awan sore bengi, sampek sikatku diluk-diluk rusak,” tak terima, Cak Men menjawab.

“Lek gak kepingin gampang rusak, tukuo sikat seng regane 750 ewu. Tambah larang tambah kuat,” kata Bejo.

Baca Juga: Warung Surtini, istri Pak Glor semakin siang

“Biyuh, lapo tuku sikat larang-larang, koyok melbu candi ae 750 ewu,” jawab Cak Men.

Merasa iba akan kondisi Cak Men, Bejo memilih tak melanjutkan perdebatan. Ia pun dengan murah hati menawarkan bantuan kepada sohibnya itu.

“Ono seng isok tak tolong a?,” kata Bejo.

“Ngunu kan penak, onok konco kesusahan ndek tolong,” jawab Cak Men.

“Tulung opo?,” tanya Bejo. “Jamku tukuen, duwit e tak gae perikso,” tutur Cak Men

“Tak dol no ae, endi jam e, wegah aku sek gak butuh jam,” tutur Bejo.

Cak Men masuk ke dalam rumah, lima menit kemudian keluar dan memberikan jam tangan jadul kepada Bejo.

“Payu piro jam ngene iki,” Bejo tak yakin bisa menjualnya.

“Wes talah tawakno sek,” tegas Cak Men. “Yowis sek tak ngider,” Bejo berangkat, dan sekitar setengah jam kemudian kembali ke Cak Men.

Baca Juga: Seperti masyarakat pedesaan pada umumnya, Bejo rutin mengikuti kegiatan tahlil setiap malam Jumat.

“Tak tawakno arek-arek ganok seng gelem, tak tawakno nang toko jam mek ndek towo selawe ewu. Gak tak kekno,” lapor Bejo.

“Cobak dolen nang pasar loak,” kata Cak Men. Karena sudah niat menolong, tanpa basa basi Bejo kembali berangkat. Setengah jam kemudian dia lapor kembali “Cak rodok larang, ndek towo 100 ewu. Pancet, gak tak kekno, 100 ewu gak cukup gae perikso,” ungkap Bejo.

“Yowes, sak iki tulung gowoen nang kolektor jam tangan antik,” ujar Cak Men. Kembali Bejo berangkat, satu hari kemudian ia kembali. Wajahnya terlihat semringah. Sebab, ia berhasil menjual tangan tersebut dengan harga 1,5 juta.

“Cak iki duwit e, cash 1,5 juta. Isok gae perikso, sak kontrol e. Tibak e larang yo jam e,” ujar Bejo.

“Nah menungso njalani orep yo ngono iku, koyok jam tangan jadul, lek papan e gak cocok pasti diregani murah, bahkan gak payu. Tapi lek papan e cocok, ndek regani paleng larang,”

“Berarti pendidikan opo yo ngunu cak? Lek e model e tepak, siswa ndek tempatno sesuai kapasitas, opo iso tambah apik?,”

“Lek iku takok o ahli, utowo ahlinya ahli alias Core of the Core,”. (Wahyu Setiawan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News