Bahaya Mikroplastik Ancam Lingkungan Kita

0
Ilustrasi sampah plastik mencemari laut. (Sumber: Pexels.com).

Plastik merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan oleh manusia. Hal ini karena penggunaan plastik yang fleksibel, sehingga dapat digunakan dalam berbagai aktivitas. Selain itu, plastik juga salah satu material yang murah sehingga banyak dipilih.

Baca Juga: 

Jaga Kelestarian Sumber Air, Pencinta Lingkungan Galakkan Sabers Pungli

Sarana Edukasi Lingkungan, Kaliku Punya Turbin Pembangkit Listrik

Seputar Kaliku, Kelompok Aktivis Lingkungan Hidup dan Pelestarian Budaya

Saat ini tingkat produksi plastik semakin meningkat, sayangnya plastik sangat sulit untuk diuraikan di alam. Sehingga seiring berjalannya waktu, sampah plastik akan menumpuk dan tidak dapat hilang dengan mudah.

Produksi plastik telah meningkat dengan pesat di seluruh dunia selama 60 tahun terakhir dan saat ini diakui sebagai ancaman serius bagi lingkungan (Avio dkk., 2017).

Sampah plastik di perairan menjadi permasalahan serius di seluruh dunia, terlebih di Indonesia. Sampah plastik tersebut jika terlalu lama di lingkungan akan terpecah-pecah menjadi mikroplastik. Mikroplastik merupakan jenis sampah plastik yang memiliki ukuran kurang dari 5 mm (< 5 mm).

Mikroplastik dibagi menjadi dua jenis, yaitu mikroplastik primer dan mikropastik sekunder. Mikroplastik primer merupakan hasil produksi plastik yang dibuat dengan ukuran mikro, contohnya microbeads pada produk perawatan kulit.

Sedangkan mikroplastik sekunder adalah pecahan atau hasil fragmentasi dari plastik yang berukuran lebih besar. Seperti sampah rumah tangga, limbah pipa, maupun lembaran plastik yang kemudian mengecil ukurannya, hingga kegiatan perkapalan dan pariwisata.

Plastik memiliki karakteristik tersendiri dimana ketika plastik terfragmentasi, plastik bisa tenggelam ke dalam lautan. Plastik dapat tenggelam di lautan karena termakan oleh biota laut.

Mikroplastik yang mengapung di perairan, akan tidak sengaja termakan oleh biota laut seperti ikan. Hal tersebut akan menyebabkan mikroplastik tidak sengaja terikut oleh ikan hingga kedalaman. Ketika ikan tersebut mati di dasar perairan, maka mikroplastik akan menyebar di dalam perairan.

Selain itu, densitas polimer yang tinggi atau terjadinya fenomena dimana partikel berkumpul menjadi lebih berat, dapat menyebabkan tenggelamnya mikroplastik ke dasar laut.

Selain Perairan, Mikroplastik Juga dapat Menyebar di Tanah

Selain dapat menyebar di dalam perairan, mikroplastik juga dapat menyebar di tanah. Distribusi mikroplastik secara vertikal dan horizontal di dalam tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk biota tanah, fitur tanah seperti pori makro tanah (pori>75 m), agregasi tanah, retakan tanah, praktik agronomi seperti membajak, serta proses pemanenan.

Pergerakan mikroplastik secara vertikal juga dapat dengan adanya biotur. Pergerakan tanaman (pertumbuhan akar dan pencabutan) dan pergerakan hewan (cacing tanah, larva, vertebrata, dll) dapat berfungsi sebagai jalur untuk pergerakan mikroplastik. Jamur juga dapat berkontribusi pada pergerakan mikroplastik melalui miselianya.

Kehadiran mikroplastik membawa bahaya bagi lingkungan bukan hanya karena fisiknya, tetapi juga zat aditif (zat tambahan kimia) yang berada di dalamnya sebagai pewarna, pewangi, atau peningkat fleksibilitas dan durabilitas plastik tersebut.

Banyak penelitian yang menunjukkan mikroplastik membahayakan biota laut. Contohnya dampak mikroplastik terhadap terumbu karang dimana terumbu karang menelan mikroplastik. Hal ini meningkatkan risiko penyakit dari 4-89%.

Ada pula kasus dimana pinguin ditemukan memakan jaring ikan yang berdampak kematian serta burung laut yang menderita kelaparan karena tidak mendapat asupan gizi dari plastik yang dimakannya.

Untuk mengatasi semakin banyaknya mikroplastik yang beredar di lingkungan dapat dilakukan beberapa upaya. Seperti mengurangi penggunaan plastik, tidak membuang sampah sembarangan, kemudian melakukan reuse (menggunakan kembali plastik), dan melakukan recycle

Selain itu juga berinovasi, misalnya dengan memproduksi atau mendorong penggunaan botol minum dan tempat makan yang bisa dipakai berulang kali. Selain itu juga ada metode bioremediasi dengan memanfaatkan mikroorganisme yang dapat mendegradasi mikroplastik. Namun cara ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News