Malang, IP – Mendongeng merupakan salah satu kegiatan edukasi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengenalkan dunia literasi pada anak.
Selain dapat meningkatkan kemampuan literasi dan imajinasi, mendongeng juga dapat menciptakan bonding yang menyenangkan bagi keduanya.
Sayangnya terdapat orang tua yang kesusahan untuk memberikan dongeng pada anak karena adanya keterbatasan, yaitu bagi orang tua dengan anak tuli.
Baca Juga:
Tunjang Literasi Anak Tuli, Sahabat Pipi Merah dan Tuli Mendongeng Bagi Buku
Peringati Hari Kesaktian Pancasila, SMP 4 Jatim Malang Ajak Siswa Mendongeng
Hal itu terjadi karena mendongeng merupakan kegiatan yang disampaikan secara bahasa lisan, sedangkan anak tuli justru memiliki keterbatasan pada pendengaran.
Melihat kondisi tersebut, Gadis Kartika Pratiwi bersama dengan partnernya, Rizka, berinisiatif untuk mendirikan sebuah komunitas yang bernama Tuli Mendongeng.
Tuli Mendongeng adalah komunitas mendongeng dengan bahasa isyarat yang didirikan pada tahun 2019.
Gadis menyampaikan bahwa komunitas ini bermula pada saat partnernya, Rizka, bercerita mengenai kegiatannya pada saat mendongeng di hadapan anak yang bisa mendengar dan anak tuli.
Ketika itu Rizka mendongeng dengan gestur dan kemudian diartikan menggunakan bahasa isyarat oleh Juru Bahasa Isyarat (JBI).
“Saat itu cerita yang dibawakan oleh Rizka sedang lucu, namun terdapat jeda bagi anak Tuli untuk tertawa karena harus melihat terjemahan dari JBI terlebih dahulu, sedangkan anak dengar sudah tertawa pada saat itu juga,” terang Gadis.
Dari situlah awal mula Gadis dan Rizka memiliki ide untuk membuat dongeng yang langsung disampaikan dengan bahasa isyarat.
Memudahkan Akses Anak Tuli untuk Mendongeng
Tujuannya untuk memudahkan akses bagi anak-anak tuli dan orang tua dengan anak tuli agar bisa dengan mudah melakukan kegiatan mendongeng.
Saat ini, Tuli Mendongeng memiliki dua talent aktif yang merupakan dewasa tuli yang bisa menyampaikan cerita secara langsung dengan Bahasa Isyarat Indonesia atau BISINDO.
Kegiatan di Tuli Mendongeng pun tidak hanya mendongeng saja, namun juga terdapat program pelatihan untuk talent pendongeng, seminar online, workshop online, dan juga membuat buku dongeng dengan bahasa isyarat.
“Saat ini sudah ada tiga buku dongeng yang terbit di tahun 2020, 2021 dan 2022. Buku tersebut diterbitkan secara gratis untuk orang tua yang punya anak Tuli dan juga guru-guru SLB (Sekolah Luar Biasa),” jelas Gadis.
Secara general, anak Tuli memiliki kemampuan literasi lebih rendah dari anak-anak dengar karena mereka lebih terfokus hanya pada penglihatan saja.
Oleh karena itu, buku-buku tersebut dibuat dengan harapan agar anak tuli bisa lebih percaya diri dengan bahasa isyarat dan juga mempunyai kemauan untuk membaca buku lebih banyak.
“Semoga dengan adanya buku dongeng berbahasa isyarat mereka bisa lebih tertarik untuk membaca sehingga dengan banyak membaca, literasi mereka juga bisa meningkat,” ungkap Gadis.
Dengan adanya komunitas ini, Gadis berharap agar Tuli Mendongeng juga dapat menjadi wadah bagi dewasa tuli yang tertarik dengan dongeng supaya mereka bisa menginspirasi anak-anak tuli untuk terus berliterasi.
“Saya juga berharap agar Tuli Mendongeng bisa berkembang dan mencetak lebih banyak buku dongeng dengan bahasa isyarat supaya dapat menjadi media belajar bagi orang tua dari anak tuli dan juga untuk guru-guru di sekolah,” pungkas Gadis. (Sel) Baca konten lengkap lainnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan