Malang, IP – Kajian Antropologi sangat luas, selagi ada manusia beserta sistem sosial yang terbentuk di lingkungannya, maka selamanya akan menarik untuk dibahas. Dalam hal ini, beberapa waktu lalu 70 mahasiswa Program Studi Antropologi Universitas Brawijaya (UB) datang ke Kampung Budaya Polowijen (KBP) untuk mengkaji berbagai aspek perilaku sosial masyarakat KBP.
Selain menggali data dengan wawancara kepada warga sekitar, mahasiswa dampingan Zurinani SAnt MA ini juga napak tilas ke Situs Ken Dedes dan Makam Mbah Renu Empu Topeng Malang.
Menurut Zurinani, kegiatan yang sudah terlaksana pada Sabtu (12/11/2022) ini bertujuan agar mahasiswa mengerti proses terbentuknya sistem sosial di KBP. Ia menyampaikan bahwa sebenarnya KBP semula merupakan kampung yang biasa saja. Namun karena menjadi kampung budaya, masyarakatnya mulai ada perubahan.
Baca Juga :
Mahasiswa UB Kenalkan Perusahaan Rintisan di Forum B20
Kunjungi Kampung Wayang, SDK Santa Maria 3 Kenalkan Karakter Pewayangan
Arsitektur Laskap IPB Studi Banding Cagar Budaya di Polowijen
“Tampaknya sekarang ada perubahan di masyarakatnya, kami juga melihat sikap dan perilaku masyarakatnya dalam hal memberikan layanan pada pengunjung wisata,” Imbuh dosen yang akrab di sapa Zuhrin ini. Senada, Ki Demang Penggagas KBP membenarkan bahwa perubahan perilaku warga terjadi sejak kampung ini dijadikan sebagai kampung budaya.
“Sejak di temukan topeng terakhir Mbah Reni, warga sini sepakat menjadikan kampung budaya untuk pelestarian topeng Malang,” kata pria bernama asli Isa Wahyudi ini. “Topeng Ragil Kuning memberi aura dan spirit warga untuk bangkit dalam berkesenian sekaligus berkebudayaan,” sambungnya.
Ia melanjutkan, inti dari proses pembangunan di KBP sebenarnya adalah terkait bagaimana menggerakkan modal sosial masyarakat. Yakni sebagaimana fitur organisasi sosial yang saling percaya dan membentuk norma serta terhubung dengan jejaring sosial lainnya, membuat modal sosial di Kampung Budaya Polowijen ini bergerak.
“Di KBP terbukti bahwa modal sosial yang di gerakkan ini ternyata mempunyai nilai dan kontrak sosial yang mampu meningkatkan produktivitas warga,” imbuh Ki Demang.
Di KBP, selama lima tahun terakhir yang produktif adalah memproduksi topeng, batik, karya tari topeng, kerajinan seni rupa, membuat wayang. Selain itu juga main gamelan serta sinau budaya tembang macapat yang selama ini masih berjalan. Tak terkecuali usaha kuliner juga ikut meningkat, sebab kampung ini juga ramai kunjungan.