Kunjungi Kampung Wayang, SDK Santa Maria 3 Kenalkan Karakter Pewayangan

0
Bams, Pembina Ekskul Jurnalistik SDK Santa Maria III dampingi siswa belajar di Kampung Wayang. (Foto: Ist).

Malang, IP – Kenalkan kearifan lokal kepada siswa-siswi, SDK Santa Maria 3 Malang mengadakan kunjungan ke Kampung Wayang pada Sabtu (21/5/2022).

Kunjungan ke kampung yang berada di Jalan Kelapa Sawit Kelurahan Pisang Candi Kota Malang ini, diikuti oleh belasan siswa yang tergabung dalam Ekskul Jurnalistik.

Sadiman, salah satu sesepuh di Kelurahan Pisang Candi Malang mengatakan terdapat 50 karakter wayang yang dilukis pada tembok rumah warga.

Selain mempercantik lingkungan, lukisan tersebut juga berperan sebagai sarana edukasi dan melestarikan tradisi.

Lebih lanjut ia menjelaskan tentang karakter atau filosofi sosok Pandawa Lima dalam cerita pewayangan. Yakni Yudhistira, Bima/Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa.

“Bagi para pelaku spiritual, umumnya sudah mengetahui adanya jagad ageng (alam semesta) dan jagad alit (yang ada dalam tubuh manusia),” ujar Sadiman.

Bahkan menurutnya, pelaku spiritual juga sudah memahami bahwa dalam jagad alit tersebut juga terdapat jagad ageng. Biasanya pengenalan itu berlanjut dengan menggulung jagad ageng ke dalam jagad alit.

Pandawa Lima Terdapat dalam Tubuh Tiap Manusia

Sadiman salah satu sesepuh menjelaskan tentang filosofi karakter pewayangan Pandawa Lima kepada siswa. (Foto: Ist).

“Berkaitan dengan menggulung jagad ageng ke dalam jagad alit, maka para pelaku spiritual juga akan memahami bahwa sosok-sosok pendawa lima juga terdapat dalam tubuh kita,” imbuhnya.

Bisa juga diartikan bahwa Pendawa lima merupakan simbol yang diberikan Gusti Allah pada manusia. Bahkan setiap manusia memiliki Pendawa Lima di dalam tubuh mereka masing-masing.

Pertama Yudhistira, diumpamakan sebagai otak. Sebagai Pandawa, Yudhistira merupakan penjelmaan Dewa Yama yang bijaksana, mempunyai sifat moral tinggi, suka memaafkan dan mengampuni musuh yang sudah menyerah.

Kedua Bima/Sena/Werkudara, diumpamakan sebagai mata karena Bima merupakan penjelmaan Dewa Bayu, sehingga disebut Bayusutha.

Selanjutnya sosok Arjuna yang dikenal sebagai sosok penengah Pandawa. Arjuna juga ada dalam diri tepatnya di hati kecil setiap manusia atau yang umum disebut hati nurani. Manusia diharapkan untuk senantiasa mendengarkan hati kecilnya guna memahami kebenaran dalam hidup ini.

Hati kecil manusia tidak pernah berbohong. Ia akan senantiasa mengatakan sejujurnya seperti perilaku Arjuna. Arjuna/Janaka, diibaratkan sebagai hati nurani karena Arjuna merupakan penjelmaan Dewa Indra/dewa perang.

Nakula dan Sadewa diibaratkan sebagai kemaluan, karena Keduanya merupakan penjelmaan dewa Aswin (dewa pengobatan) yang mempunyai sifat bijaksana dan senang melayani.

Tujuan Pembelajaran Kearifan Lokal untuk Siswa

Menurut Pembina Ekskul Jurnalistik, Bambang Soewidi Poelianto SPd SPsi yang akrab dipanggil Bams, tujuan pembelajaran ini adalah agar generasi muda mengenal kebudayaan, potensi, dan nilai-nilai yang ada di setiap daerah.

“Manfaatnya pembelajaran berbasis kearifan lokal di sekolah ini akan melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan bermartabat,” tegasnya.

Masih kata Bams, tujuan pembelajaran juga untuk merefleksikan nilai-nilai budaya dengan mengidentifikasi atau menganalisis seluruh potensi dan keunggulan lokal yang ada di sekitar sekolah.

Lalu berperan serta dalam membentuk karakter bangsa seperti bertindak dengan hati-hati dan penuh kesadaran, pengendalian diri, tenggang rasa, cinta tanah air, meminimalisasi keinginan, dan sopan santun.

“Berkontribusi menciptakan identitas bangsa serta melestarikan budaya bangsa dengan menggali potensi nilai dan keberagaman budaya yang semakin hilang karena pengaruh gempuran budaya luar,” tuturnya.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Makin Berkembang

Sementara itu, Kepala SDK Santa Maria 3 Tristina Wahyu Seyowati SPd mengatakan, kemajuan manusia yang semakin berkembang karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju di abad 21.

Dengan demikian, terjadi adanya pengembangan paradigma berpikir manusia yang semakin beragam. Hal ini lantas mengakibatkan tantangan yang semakin besar dalam dunia pendidikan saat ini.

“Oleh karena itu, segala sesuatunya harus dipersiapkan berkaitan dengan pendidikan di abad 21 yang berubah dan berkembang pesat seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Tristina.

“Perubahan pesat yang terjadi dalam dunia pendidikan diharapkan tidak membuat kita tercerabut dari akar budaya yang kita warisi dari waktu ke waktu. Berdasarkan latar belakang tersebut, pendidikan berbasis kearifan lokal harus dikembangkan,” sambungnya.

Kearifan lokal yang dimaksud antara lain berupa nilai, norma, kepercayaan, sumber daya alam, budaya dan adat istiadat, atau aturan yang mendukung pengembangan sumber daya manusia.

Kearifan lokal diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan pendidikan baik kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler serta pengelolaan sekolah atau lembaga pendidikan.

“Pembelajaran dapat dilakukan dengan memilih strategi, pendekatan, metode dan teknik yang dianggap cocok untuk memasukkan kearifan lokal dalam berbagai bentuk,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News