Inspirasi Pendidikan – Pesantren Rakyat yang berada di Desa Sumberpucung Kabupaten Malang ini sudah tidak lagi asing bagi masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah Malang Raya. Pesantren ini didirikan oleh pria asli Sumberpucung bernama Abdullah SAM atau yang akrab dipanggil Kang Dullah. Dialah yang menggagas ide yang di anggap konyol bagi sebagian orang dalam mendirikan Pesantren Rakyat ini.
Dalam penyampaiannya kepada peserta Tutur Desa, pria kelahiran 16 Agustus 1982 ini mengatakan bahwa ide konyol tersebut berangkat dari kegelisahan terhadap pendidikan yang sangat mahal dan keadaan masyarakat yang telah mengalamai kerusakan moral. Hal tersebut dapat diketahui karena melihat latar belakang Desa Sumberpucung ini yang merupakan salah satu daerah prosritusi terbesar di Kabupaten Malang.
Dari kegelisahan itulah ia juga menuturkan bahwa Pesantren Rakyat akan mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak lagi bergantung pada siapapun. Artinya, dari Pesantren Rakyat ini akan membantu dan memberdayakan masyarakat dalam segala aspek, baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, maupun sosial sehingga akan mewujudkan masyarakat bangsa yang mandiri.
“Sebenarnya dalam menggagas Pesantren Rakyat ini telah melewati beberapa batu loncatan yang menghalanginya. Namun, saya tetap teguh atas keinginan mulia untuk mewujudkannya, dengan pegangan yang sangat sederhana yaitu srawung dan teror psikologi sebagai penguat terhadap masyarakat” tutur pria unik yang memiliki sejuta sebutan itu.
Dalam tambahannya ia juga menuturkan bahwa pembelajaran dan kurikulum yang digunakan di Pesantren Rakyat ini semuanya ala rakyat. Dengan tujuan agar segala kalangan rakyat dapat belajar dan dapat diterima oleh rakyat. Selain itu, Pesantren Rakyat juga memiliki panca rukun. Panca rukun tersebut yaitu; jagong maton, lumbung pesantren rakyat, celengan, ngaji ngluruk, dan juga fatihahan.
Nilai-nilai aspek ke-islaman, ke-Indonesiaan dan juga kemanusiaan inilah yang sangat melekat pada diri Pesantren Rakyat sejak didirikannya pada 25 Juni 2008. Kang Dullah pun mengutarakan bahwa Pesantren Rakyat ini ibaratnya bambu.
“Rsaya mengibaratkan bambu karena meskipun kencangnya angin yang menerpa maka bambu tetap mengikuti arah dan spesialnya pangkal bambu itu tidak akan goyah bahkan pangkal itu akan terus membuat jaringan-jaringan yang menguatkan serta bambu tidak akan mudah patah dan sangat kuat dimanapun bambu diletakkan”, tuturnya. Hal itulah yang membuat Pesantren Rakyat bisa sukses dan dikenal banyak orang seperti yang kita ketahui saat ini.
Perjuangan pria yang memiliki sejuta sebutan dan juga berkharismatik dalam menggerakkan dan meyakinkan adanya Pesantren Rakyat kepada masyarakat ini dapat dikatakan sebagai perjuangan yang diluar batas manusia pada umumnya. Lagi-lagi, suami dari Tri Wiyanti itu memiliki sejuta misi untuk sampai pada visi yang akan dicapai. Jika misi satu tidak lagi dapat diterima masyarakat, maka ia pun menggunakan misi lain akan tetapi tetap satu tujuan yaitu untuk mewujudkan desa berdikari bagi masyarakat.
Prestasi yang dimiliki oleh Pesantren Rakyat sudah bukan lagi tingkat regional namun telah mencapai tingkat nasional. Selain itu, sampai saat ini telah berdiri 130 pesantren rakyat di Indonesia yang akan bersama-sama bergerak untuk masyarakat Indonesia yang lebih baik. “Impian saya memiliki minimal 10.000 Pesantren Rakyat di seluruh penjuru nusantara”, harapnya saat mengakhiri diskusi ringan bersama peserta Tutur Desa. (Tim Tutur Desa/red)