Pesantren Rakyat sebagai Jawaban atas Keresahan Pendidikan

0
sesrawungan
sesrawungan

Inspirasi Pendidikan – Hari kedua kegiatan lanjutan Tutur Desa yang dilaksanakan di Pesantren Rakyat Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang berusaha untuk memotret pendidikan yang ada disana, Sabtu (09/09/2017). 1 jam sebelum kegiatan lanjutan Pertemuan Nasional III Pesantren Rakyat, peserta Tutur Desa memiliki kesempatan untuk jagongan dengan Abdullah SAM penggagas Pesantren Rakyat.

Sekali lagi dalam dua minggu terakhir ini bertemu dengan seseorang yang memiliki kerisauan dan kegelisahan dengan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan seharusnya dapat diterima dan diterapkan oleh seluruh rakyat Indonesia. Kesamaan untuk mendapatkan pendidikan harus digelorakan oleh semua elemen bangsa. Hal ini segaris lurus bahwa dalam dataran ideal. Telah lama diketahui bahwa yang lemah harus dibela, yang kuat harus dilawan; rakyat mesti diberitahu hak-haknya, penguasa mesti ditegur kesadarannya, kalau perlu dengan perjuangan dan perlawanan. Sayangnya, itu semua kerap hanya mengapung di ruang seminar, diskusi dan perkuliahan. Sementara rakyat, jangankan mampu memperoleh apa yang jadi haknya, bahwa sesungguhnya mereka punya hak pun mereka tidak pernah tahu. Yang mereka tahu hanyalah tunduk, manut atau nurut, dan ketiak melawan berarti bunuh diri.

Keadaan ini memaksa insan akademis untuk menemukan terobosan baru guna memecah kebuntuan antara wacana yang melempem di wilayah praksis dengan realitas yang minim perencanaan. Salah satu terobosan itu adalah dengan ikut terlibat belajar bersama rakyat untuk menentukan cita-cita bersama dan bagaimana meraihnya. Sehingga memutuskan untuk mendirikan sekolah yang bisa dikatakan sekolah informal dengan sistem pendidikan yang berbeda dengan pendidikan formal adalah suatu pilihan.

Dengan kesamaan bergerak di daerah pedesaan dan atau orang pinggiran untuk memberikan kehidupan yang lebih baik, penggagas Pesantren Rakyat juga berpikir demikian. Ia juga memiliki kegelisahan terhadap pendidikan di Indonesia sehingga membangun Pesantren Rakyat untuk memberikan pendidikan yang murah dan bisa dijaungkau oleh semua kalangan.

Ketika bertemu dengan mereka dan jagongan atau diskusi bersama tim Tutur Desa menemukan kesamaan dari orang-orang ‘Kenthir’ ini. ‘Kenthir’ dalam hal ini bukanlah yang berkonotasi negatif tapi lebih kepada istilah plesetan yang bersifat positif. ‘Khentir’ artinya diperuntukan bagi orang-orang yang bekerja melebihi takaran (tidak hitung-hitungan), bahkan kepentingan pribadi tidak diutamakan, langkahnya bukan lagi bertujuan untuk mencari untung, tapi manfaat. Oleh karena itulah yang bagi beberapa orang yang memilih jalan seperti ini dinilai ‘Kenthir’, tapi memiliki keasyikan tersendiri yang dinikmati dalam menjalani hidup, tidak umum berbeda dengan orang lainnya, menciptakan suatu pembaruan, dan kebanyakan orang-orang ‘Kenthir’ ini melakukannya untuk kebutuhan jiwa dan rohani mereka.

Seperti yang dilakukan oleh pria yang kerap dikenal dengan Kyai Sableng ini, ia menggunakan dana pribadinya untuk membangun dan memberikan pendidikan murah serta memberdayakan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Menyingkap dan menghilangkan sisi gelap yang telah lama menyelubungi Sumberpucung dengan berbagai permasalahan seperti prostitusi, bandar narkoba, pemabuk dengan mendirikan Pesantren Rakyat sehingga membawa perubahan kepada masyarakat Sumberpucung.

Perjuangan bapak dari empat anak untuk mendirikan Pesantren Rakyat tidaklah mudah serta mengalami penolakan yang cukup keras, dan banyak mendapatkan caci maki, tapi ia tidak menyerah dengan menggunakan pendekatan teror psikologis dan persuasif kepada masyarakat. Akhirnya lambat laun masyarakat mulai menerima dan mendukung kegiatan Pesantren Rakyat. Sebuah konsep pendekatan kepada masyarakat yang menggunakan ilmu yang telah dipelajari oleh Abdullah Sam tentang ilmu psikologi. (Tim Tutur Desa/red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News