Kab. Malang, IP – Faiz Ushbah Mubarok, menjadi salah satu insan penerang bagi pendidikan. Anak-anak yatim dan duafa di tempat tinggalnya diajak belajar dan berkembang bersama. Mereka yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya ini, perlahan diantarkan mewujudkan cita-cita.
Meski banyak pilihan lain, Faiz memilih tinggal jauh dari hingar bingar kota dan menyuguhkan rumah baca yang bisa diakses oleh semua usia.
Secara geografis, Dusun Krajan, Desa Putat Kidul Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang tergolong wilayah yang jauh dari kota. Sebagian besar penduduknya pun bermata pencaharian sebagai petani, khususnya tebu.
“Selain sebagai petani, beberapa warganya bekerja keluar negeri dan meninggalkan anaknya bersama anggota keluarga lain,” tambahnya.
Kondisi tersebut yang mendorong faiz untuk memulai membuka perpustakaan kecil pada Desember 2017. Tempat yang dinamai Rumah Baca Singaraja ini beroperasi tiga kali dalam sepekan.
Baca juga:
Upaya Rukhan Mengembangkan Literasi Masyarakat Lewat TBM Teras
Berawal dari memanfaatkan ruang tamu rumah orang tuanya, kini Faiz mampu mengantarkan pendidikan mereka hingga ke jenjang kuliah.
“Setelah 6 tahun beroperasi, kami ingin mendampingi mereka melanjutkan pendidikan hingga jenjang tertinggi,” ungkapnya kepada Inspirasi Pendidikan.
Faiz ingin melakukan hal terbaik bagi anak-anak yang merupakan yatim dan duafa. Tak lain agar mereka bisa mendapatkan perhatian, khususnya terkait pendidikan.
Taman baca masyarakat ini berusaha memberikan bimbingan belajar sebagai pemantiknya. Meskipun dalam perkembangan masyarakat lebih mengenal Singajaya sebagai tempat bimbingan belajar ketimbang taman bacaan.
Dengan menjadi tempat bimbingan belajar, tempat tersebut turut mendapat respon baik dari orang tua murid. Maklum, selama ini mereka kurang mendapat perhatian sehingga harus belajar sendiri di rumah.
Ia juga membenarkan kurangnya perhatian tersebut disebabkan karena dua hal. Yakni orang tua yang sibuk bekerja hingga malam, ada juga yang orang tuanya bekerja di luar negeri dan saat ini tinggal dengan saudaranya.
“Jadi mereka rata-rata memiliki masalah dengan keluarganya, oleh karenanya mereka perlu belajar dengan pendamping,” tuturnya. Baca konten selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan Edisi 107