Media massa merupakan alat penyampaian informasi kepada masyarakat melalui media cetak maupun elektronik. Saat ini, ada tiga jenis media massa yang dikenal masyarakat luas, yaitu media elektronik seperti radio dan televisi, media cetak seperti koran dan majalah, serta media daring (online) dengan basis internet seperti website, facebook, instagram, twitter dan yang lainnya.
Dengan kemunculan media daring ini menurut Alvin Toffler, seorang futurolog tersohor abad 20, kita telah memasuki gelombang ketiga, yakni era informasi di seluruh aspek kehidupan. Hal ini ditandai dengan adanya percepatan arus informasi.
Dalam hal ini Steve Case, pendiri American Online, ia telah membagi dunia internet kita menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama (1985-1999)- terinspirasi pemikiran Toffler, para tokoh seperti Steve Jobs, Bill Gates, bergerak dan mengerahkan tenaga untuk mewujudkan konektivitas internet.
Hasilnya, terciptalah berbagai produk elektronik seperti perangkat lunak dan keras, mikroprosesor, modem, dan lainnya.
Gelombang kedua (2000-2015)- yang ditandai dengan munculnya mesin pencari Google, diikuti dengan berkembangnya aplikasi media sosial yang berpotensi mengorganisasi diri kita, seolah kita hidup di dunia maya.
Pada gelombang ini, Apple berhasil menciptakan masa depan melalui Smartphone/Hp pintar. Begitu pula google dengan Androidnya. Tokoh-tokoh di era ini antara lain Mark Zuckerberg dan Jack Ma. Dengan penemuan aplikasi, semua arus informasi menjadi mudah, cepat, dan global, seolah dunia dalam satu genggaman.
Gelombang ketiga (2016) Era Internet Things- di era ini internet telah merasuk di semua bidang kehidupan manusia, baik bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, dan lainnya. Semua informasi bidang itu telah disajikan dengan cepat.
Saking cepatnya, muncullah slogan – tomorrow is today, seolah waktu itu bisa dilipat, besok itu adalah hari ini, sehingga era disrupsi tidak bisa dihindarkan. Era inilah yang berdampak sangat besar bagi media massa cetak karena disrupsi sendiri merupakan gangguan yang mengakibatkan industri tidak berjalan dengan semestinya akibat munculnya pesaing baru.Umumnya karena penemuan teknologi baru yang mengakibatkan pemain-pemain lama harus memikirkan pola dan strategi baru menghadapi era ini.
Di era disrupsi sekarang ini, dengan hadirnya media daring/media sosial, banyak media cetak yang nyaris atau bahkan berguguran karena tidak bisa memenuhi kebutuhan operasional. Hal ini terlihat di lima tahun terakhir yang dipengaruhi oleh budaya kultur masyarakat yang suka membaca informasi berita daring dengan alasan lebih cepat, mudah, simple, praktis, dan tidak terikat tempat maupun waktu. Kemudian, seiring dengan berkembangnya variasi media komunikasi, semakin meningkat pula jumlah pengguna internet. Dan masyarakat modern saat ini memenuhi kebutuhannya termasuk asupan informasi melalui internet dan media sosial.
Dari sisi jurnalistik, informasi yang disuguhkan media online sering mengabaikan keakuratan data, fakta, dan kode etik jurnalistik,sehingga menghasilkan informasi yang asal-asalan dan hoaks, meskipun tentu saja tidak semuanya.Bagi sebagian penyedia informasi ini sangat penting untuk bisa menaikkan traffick setinggi mungkin guna mendulang iklan yang besar.
Maka untuk menyikapi era disrupsi ini, perusahaan media massa dituntut untuk menyesuaikan diri mengikuti lokomotif yang positif ini dengan motivasi, dan kreatifitas tinggi. Langkah itu antara lain dengan menjalin kedekatan dengan pihak/instansi pemasang iklan, menerapkan operasional perusahaan yang efisien, dan mendengarkan kebutuhan pembaca.(*PU Inspirasi Pendidikan*)