“Itu pensilku,” seru Vina.
“Ini pensilku, Kak,”
sahut Vano tidak mau kalah.
“Bukan, yang tengah-tengahnya warna hijau itu punyaku.”
“Pensilku tengah-tengahnya juga warna hijau.”
“Aduh, kamu mesti deh. Bunda, Vano mengambil pensilku!”
“Nggak Bunda, ini memang pensilku.”
“Ya Tuhan, selalu saja ada yang kalian perebutkan, anak-anak.
Tidakkah kalian ada yang mau mengalah? Mengapa Bunda selalu mendengarkan pertengkaran kalian berdua setiap waktu?” keluh Bunda kesal.
Ya memang, setiap hari Vano dan Vina selalu bertengkar. Bunda sampai dibuat pusing dibuatnya. Sebagai guru, kadang Bunda harus membawa koreksi ulangan murid-muridnya ke rumah. Jika Bunda sedang mengoreksi di rumah, Bunda tidak bisa konsentrasi karena selalu mendengar perselisihan Vano dan Vina. Kadang Vano, adek Vina yang usil. Kadang Vina yang menggoda Vano.
“Vano, jangan lupa Coki diberi makan”,
perintah Bunda pada Vano. Coki adalah anjing peliharaan keluarga mereka.
“Siap, ibu peri,” kata Vano bercanda.
“Vina yang memberi makan Miko, ya Bun,”
kata Vina sambil mengambil makanan untuk Miko, kucing kesayangannya. Bunda mengangguk sambil tersenyum.Bunda mengamati Miko dan Coki. Miko sering bermain dalam rumah. Sedangkan Coki dimasukkan rumah anjing depan rumah.
Jika malam tiba, Coki dibiarkan lepas di halaman mereka yang luas. Coki memang anjing penjaga rumah yang cekatan.
Beberapa hari yang lalu, Coki berhasil menggagalkan pencuri. Coki memang galak dengan orang yang tidak dikenal, apalagi jika tahu orang tersebut berniat jahat.
Guk…guk…guk…Terdengar Coki menyalak. Rupanya Miko mendekati Coki. Coki selalu menyalak jika Miko mendekatinya. Lewat di depannya saja mereka bisa bertengkar.
“Ketika mereka bertemu, Miko selalu mengeong keras, dan Coki menyalak keras juga. Kenapa ya Bun, Miko kan sudah lama di rumah ini, sudah dua tahun, hanya selisih satu bulan dengan Coki?” tanya Vino kepada Bunda.
“Itu karena anjing dan kucing selalu bertengkar, Vino. Mereka selalu bertengkar jika bertemu. Itu sudah hukum alam. Begitu kan, Bunda?” tanya Vina meminta pendapat bundanya.
“Iya, ya persis, kayak kalian berdua”, jawab Bunda sambil bercanda.
“Aaaaah….Bunda,” rajuk Vina dan Vino.
Tiba-tiba Bunda punya ide untuk membuat kedua anaknya tidak berkelahi. Mudah-mudahan ide ini membuahkan hasil.Sejak hari itu, tugas memberi makan hewan peliharaan tidak diserahkan kepada Vina dan Vino. Bunda sendiri yang menangani.
Mula-mula makanan mereka dipisah seperti biasanya, dan berjauhan. Lama-lama jaraknya didekatkan. Dan semakin lama, jarak makan mereka berdua semakin dekat, dan….
“Vino, kenapa sih kamu kalau pinjam barangku nggak pernah izin. Itu kan penggarisku yang kamu pakai!” seru Vina seperti biasa.
“Aku cuma pinjam sebentar, Kak,” kilah Vino.
“Tapi kan harus bilang dulu.”
Perselisihan mulai terjadi. Selalu begitu.
Bunda geleng-geleng kepala.
“Vina, Vino, sini deh, lihat itu!” perintah Bunda.
Vina dan Vino melihat arah yang ditunjukkan Bunda. Mereka berdua tertegun. Dilihatnya Coki dan Miko sedang makan, di tempat dan piring yang sama. Amazing! Bagaimana mungkin??
“Bunda, kok Coki dan Miko bisa rukun begitu?” tanya Vina
“Bunda hebat, bisa buat mereka rukun”, puji Vino.
Bunda menggelengkan kepala dengan muka pura-pura sedih.
“Bunda nggak hebat. Bunda bisa mendamaikan anjing dan kucing, tapi tidak bisa mendamaikan anak-anak Bunda yang kalau bertemu selalu bertengkar,” kata Bunda.
“Aaah, Bunda,” Vino jadi malu. Vino merasa sedih membuat bundanya susah hati.
“Ya deh Bunda, mulai sekarang Vina janji selalu mengalah biar nggak ribut.”
“Aku juga Bunda, sama. Malu sama Coki dan Miko,” sesal Vino.
“Syukurlah. Benar ya, kalian nggak akan berantem lagi?” selidik Bunda.
“Yaaaa dikit-dikit aja boleh ya Bun. Nggak enak kalau nggak nggodain si gundul ini,” goda Vina kepada Vino.
“Bunda, Kak Vina….,” rengek Vino.
Bunda hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum.(*)
BIODATA
Nama :
Fitri Nilasanti, S.Pd
E-mail :
[email protected]
Telp :
085710064641
Profesi :
Guru SD Insan Amanah
Malang
Alamat Sekolah :
Griyashanta Executive/
JL. Soekarno-Hatta Malang