Ditulis oleh: Iva Himmatul Aliyah
Pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Padi dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim panas yang lembab dan tanah yang subur dengan pH sekitar 4-7. Curah hujan rata-rata yang sesuai dengan pertumbuhan padi yaitu sekitar 1500 – 2000 mm per tahun atau 200 mm per bulan. Selain itu, faktor ketinggian lokasi penanaman padi berkisar 650 – 1500 m dpl pada suhu 22,5°C atau 0-650 m dpl pada suhu 22,5°C – 26,5°C.
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan produksi padi dalam negeri dilakukan beberapa upaya melalui program “Revolusi Hijau”, Panca Usaha Tani, dan Sistem Tanam Padi. Sistem budidaya padi secara konvensional memiliki beberapa kelemahan antara lain menghasilkan jumlah anakan yang sedikit, penggunaan bibit yang banyak dalam 1 lubang, penggenangan lahan yang menyebabkan perakaran tidak berkembang dengan baik, dan jarang menggunakan pupuk organik.
Hal inilah yang mendorong digunakannya sistem budidaya padi dengan metode SRI yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem konvensional. Keunggulan budidaya padi menggunakan metode SRI yaitu hasil panen yang tinggi, penghematan air, perbaikan mutu tanah, penghematan benih, input lebih sedikit, mutu benih yang bagus dapat meningkatkan hasil produksi, dan menguntungkan bagi lingkungan. Namun kelemahan pelaksanaan budidaya SRI ini adalah pengontrolan air yang sulit ketika terjadi hujan lebat dan dibutuhkannya tenaga kerja terlatih terutama untuk penanaman, sehingga masih banyak yang enggan untuk menerapkan.
Baca Juga: Urgensi Video Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19
Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat sistem budidaya padi yang merupakan modifikasi dari sistem SRI dan Jajar Legowo dengan titik tanam berbeda yaitu Sistem Bujur Sangkar Utama (SBSU). SBSU dikembangkan sejak tahun 2009 oleh Prof. Dr. Ir. M. Zulman Harja Utama, MP. Pada sistem ini diterapkan pengaturan jarak tanam dalam satu rumpun terdiri atas 4 titik tanam dan 4 tipe yang dibedakan pada jarak antar tanamannya.
Ciri khas dari SBSU antara lain pengaturan jarak tanaman dalam satu rumpun dan antar sub rumpun yang dapat meningkatkan jumlah anakan, bibit dengan umur 10-15 hari setelah disemai dapat memicu pertumbuhan anakan dengan cepat, penggunaan pupuk organik sebagai ameioran, dan diperkaya unsur Fe. Apabila dibandingkan dengan sistem SRI dan lainnya, SBSU memiliki keunggulan yaitu dapat meningkatkan potensi produksi hingga 3-4 kali metode konvensional. Selain itu, pertumbuhan anakan lebih banyak, umur panen yang relatif cepat sekitar 90 hari, dan populasi per hektar lebih tinggi.
Selain itu, teknologi untuk meningkatkan produksi padi dapat diawali dengan mengenali kondisi tanah terlebih dahulu, setelah itu dilakukan penerapan teknologi PTT atau Pengelolaan Tanah Terpadu. Komponen teknologi PTT bisa saja berbeda antar petani di setiap wilayah, seperti pada pemilihan varietas unggul padi sawah yang berbeda sesuai dengan kondisi tanah. Contoh diantaranya varietas padi Inpari dan Hipa untuk tanah irigasi, varietas Inpago untuk lahan kering, dan varietas Inpara untuk lahan rawa. Setelah varietas ditentukan, dilakukan persiapan lahan dan penambahan amelioran berupa dolomit, bahan organik, dan biochar.
Selengkapnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan