Malang, IP – Malam itu, kursi gedung Kesenian Gajayana Malang dipenuhi oleh penonton. Kursi-kursi tampak penuh dari depan hingga paling belakang. Dampak pandemi Covid-19 menjadikan penonton rindu dengan hiburan-hiburan semacam ini.
Baca Juga:
Bentuk Kolaborasi Harmonis dengan Orang Tua, SAAM Galakkan Parents Week
Angkat Isu Sosial Melalui Film
Gelar Drama Musikal sebagai Upaya Sosialisasi Nilai Karakter RA Kartini
Puluhan penonton terhanyut menyaksikan pentas yang digelar untuk pertama kalinya sejak awal tahun. Setelah nyaris dua tahun absen akibat pagebluk, Teater Lingkar kembali hadirkan pentas tunggal.
Teater Lingkar merupakan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di bawah naungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. UKM ini tetap bertahan di usia menjelang 19 tahun dengan komitmen untuk menjadi wadah berekspresi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya.
Teater tersebut juga memperkukuh posisinya menjadi salah satu teater unggulan di Kota Malang. Tidak hanya berfokus pada hiburan mahasiswa, lebih dari itu Teater Lingkar menyuguhkan pementasan umum untuk seluruh kalangan.
Putri Savitri, Pimpinan Produksi Pentas Tunggal Teater Lingkar 2022 mengaku pementasan dengan tajuk Dhemit tersebut berbeda dengan pementasan sebelumnya. Sebab kini ada improvement internal Lingkar yang mulai menjajaki rana profesional industri kreatif.
“Pentas kali ini membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak sponsor dan tenant untuk menghadirkan rangkaian acara yang fresh,” tegasnya
Wanita yang sering dipanggil Putsav ini, berusaha untuk menghadirkan warna baru yang membawa jagat kesenian teater Malang maju selangkah ke depan. Ia mengkolaborasikan kemajuan digital dengan hiburan rakyat.
Pentas tunggal yang menampilkan pertunjukan dengan judul Dhemit karya Heru Kesawa Murti ini di sutradarai oleh Rachmad Samudra. Lakon Dhemit dimainkan apik.
Kisah itu tentang kondisi masyarakat untuk menghalalkan segala cara dalam mencapai kepentingan. Mereka melupakan toleransi kepada kehidupan makhluk lain. Sebuah pesan mengenai nafsu dan angkara yang selalu berakhir buruk. Pesan-pesan moral semacam ini menjadikan penonton tertarik untuk melihat pertunjukan teater.
“Pesan yang tersirat dari kisah yang dibawakan menjadikan pertunjukan ini bisa dinikmati oleh semua kalangan, tidak hanya orang-orang teater,” tuturnya.
Rachmad mengupayakan pertunjukan yang telah dilaksanakan 10 Desember 2022 ini tidak ada pelambangan-pelambangan yang menjadikan penonton kesulitan untuk memahami alur cerita, sehingga nantinya pesan dari cerita tidak tersampaikan dengan baik.
“Teater adalah cerminan dari masyarakat yang harusnya dapat dinikmati oleh masyarakat pula” pungkasnya.