Malang, IP – Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang berproses dalam memerangi degradasi karakter. Isu-isu karakter sendiri, telah menjadi isu local. Bahkan nasional. Permasalahan karakter dapat dilihat dari perilaku yang dianggap menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai, serta moralitas yang berlaku di masyarakat. Karena itu, dalam pendidikan perlu diterapkan pembentukan karakter sejak dini.
Penerapan nilai karakter bisa dilakukan melalui pemanfaatan kearifan local. Seperti cerita rakyat. Secara sederhana, cerita rakyat dapat diartikan sebagai sebuah cerita yang berkembang dalam kehidupan masyarakat dan diceritakan secara turun-temurun, dengan pesan moral yang dapat mengembangkan lima karakter nasional pada diri anak. Yakni, religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, serta integritas.
Hal itu menjadi latar belakang, pembentukan media pembelajaran berupa aplikasi mobile berbasis cerita rakyat bernama “Citra” (Cerita Rakyat). Ini diciptakan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). “Pembuatan aplikasi ini juga berpijak antara pendidikan formal, informal, dan nonformal. Sebagai integritas standar pendidikan kurikulum 2013” ujar Nurliawati Dide, ketua kelompok PKM, Senin (12/10)
Inovasi itu kemudian mereka ikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Berhasil menjadi 1 dari 55 proposal PKM mahasiswa UMM yang mendapatkan pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
“Setelah pengguna berhasil mengunduh aplikasi ini, pengguna dapat mengoperasikannya tanpa koneksi internet. Lalu isi dari rancangan desain aplikasi dibagi 3 menu kategori. Yakni menu SD, SMP sampai SMA. Dibagi berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar” tambah mahasiswi asal Banda Neira, Provinsi Maluku ini
Dalam menu-menu itu, diketahui terdapat submenu permainan untuk mengasah kognitif dan psikomotor peserta didik. Juga terdapat submenu cerita rakyat. Untuk cerita rakyat kategori SD, berisi sinopsis bersuara yang secara otomatis akan dilanjutkan dengan video animasi. Untuk kategori SMP dan SMA, tampilan cerita rakyat dikemas dengan sinopsis teks. Lalu dilanjutkan dengan komik cerita rakyat. Namun, sebelum melanjutkan, pengguna harus melewati “clue-clue” terlebih dahulu.
Selanjutnya kelompok yang terdiri dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Informatika ini mengakui, bahwa aplikasi ini merupakan bentuk penyempurnaan dari aplikasi yang telah ada sebelumnya.
Pada aplikasi sebelumnya, sajian ceritanya hanya sedikit dan belum dilengkapi dengan dialog dari karakter tokoh. Terdapat sajian cerita rakyat menggunakan video, tetapi belum dilengkapi dengan penjelasan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
“Pembaharuan dalam aplikasi ini diawali dengan pemunculan video pengenalan karakter tokoh terlebih dahulu. Yaitu, berupa profil agar pemahaman anak dalam menangkap nilai karakter dapat dengan mudah dipahami. Karena, tidak semua cerita rakyat langsung menjelaskan tersurat karakter tokoh. Namun, dijelaskan secara tersirat saja,” kata Nurliawati
Sebab, pembaharuan aplikasi yang dibuat saat ini menyajikan cerita-cerita rakyat dari beberapa daerah di Indonesia yang belum banyak diketahui khalayak umum. Dengan menampilkan profil atau karakter dari masing-masing tokoh, disajikan pula animasi video dari cerita rakyat, beserta deskripsinya.“Aplikasi Citra juga hadir untuk meminimalisir degradasi moral yang telah menjamah Indonesia. Khususnya anak usia 7-12 tahun. Karena masa depan bangsa terletak pada moral generasi penerus bangsa yang akan membawa tongkat kepemimpinan Indonesia di masa depan” tutup Nurliawati Dide. (was)