Biodata
Nama : Ana Maulidah
Asal : Banjarmasin
Pendidikan Terakhir :
S1 Hukum Ekonomi Syariah,
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Menjadi santri dan berpendidikan tinggi di era sekarang sudah lazim dijumpai. Seperti Ana Maulidah, seorang santriwati yang juga berkuliah di salah satu kampus di Malang. Dengan menempuh pendidikan formal selain di pesantren, seseorang akan mendapatkan pendidikan secara moral dan intelektual.
Pentingnya pendidikan secara moral, bisa didapatkan di pesantren. “Pendidikan pesantren merupakan tempat yang aturan-aturannya mendukung dalam membentuk akhlak baik,” ungkap santriwati yang pernah mondok di Azkiya pasca belajar di Pusat Ma’had Al-Jamiah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Menurutnya, pesantren tidak hanya membentuk akhlak baik namun juga memberikan pengaruh besar dalam hidupnya. “Pendidikan pesantren yang dilakukan dari hati, tidak hanya berbasis teori, namun praktik selalu menjalin berkelindan dengan hidupnya.
Pengajaran yang bersumber dari Al-Quran, Hadist dan kitab para ulama penerus nabi berkontribusi besar dalam mengarahkan pribadi menjadi pribadi yang saleh,” urainya.
Ana memang tidak selalu setuju dengan wajibnya menempuh pendidikan di pesantren, sebab tidak semua orang memiliki kesempatan. Namun pesantren sebagai pendidikan sebenarnya dapat diambil pola pendidikan dan nilai kepesantrenan yang dapat diaplikasikan ke dalam masyarakat secara luas. Agama sebagai institusi membentuk pola hidup yang ideal bagi masyarakat.
Besarnya pengaruh pesantren, termuat dalam sejarah kemerdekaan. Turut aktifnya santri dalam kemerdekaan Indonesia. “Kalo dilihat kilas baliknya, sejarah mencatat santri dan ulama menjadi turut aktif dalam kemerdekaan Indonesia dalam melawan penjajah. Santri juga bisa menjadi agen perdamaian,” ujar santriwati yang sedang mondok di Pesantren Tahfidz Al-Quran Nurul Huda II.
Untuk melanjutkan perjuangan santri yang tergambarkan dalam sejarah. Ana sebagai santri mendukung seorang santri tidak hanya saleh secara pribadi, religius, namun juga saleh secara sosial, juga responsif dengan ilmu pengetahuan. Spiritual seseorang berpengaruh dengan prestasinya. Meskipun tidak menutup kemungkinan ada faktor lainnya juga.
Ana sendiri senang belajar dengan ilmu yang digelutinya saat kuliah. Seperti belajar hukum yang menjadi studinya di perguruan tinggi. “Bagaimana bisa menjadi santri yang pikirannya luas, tidak sempit. selain belajar agama di pesantren, seorang santri juga perlu mempelajari bidang keilmuan lainnya, seperti hukum, teknik, arsitektur, ilmu-ilmu sosial dan lain-lain,” tutur mahasiswi terbaik jurusan Hukum Ekonomi Syariah UIN Malang.
Menurutnya santri tidak hanya belajar dan memikirkan ibadah dan saleh secara ruhaniyah, “Itu memang penting, namun hanya berdimensi individu. Seseorang menurutku juga harus unggul dalam bidang keilmuan karena mungkin saja seorang santri dapat menjadi tokoh sekaligus influencer,” katanya beralasan.
Santri modern. Begitu Ana mengistilahkan.
“Santri yang jeli terhadap segala aspek kehidupan seperti pendidikan, politik, ekonomi dan bisnis. Siapa tahu jika seorang santri jeli terhadap fenomena, dia akan dapat mempengaruhi orang lain. Hal itu menjadi bekal utuk dakwah, mengajak orang lain sehingga santri semakin memiliki kontribusi bagi kemajuan Indonesia,” tutup gadis kelahiran Banjarmasin ini. (cay)