Ibarat Jagung Dipaksakan Jadi Padi

0

Malang, IP – Untuk menciptakan atmosfer pendidikan yang mampu membawa dampak positif bagi masya­rakat, diperlukan sinergi dari berbagai pihak. Artinya dinamika pendidikan, bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak tertentu. Seperti pemerintah, maupun penyelenggara pendidikan saja. Akan tetapi, seluruh elemen masyarakat juga wajib terlibat.

Hal ini sejalan dengan pandangan Sutiaji, Walikota Malang. Menurutnya tugas mendidik bukan hanya menjadi tugas negara, tetapi juga menjadi tugas setiap orang yang hidup di tengah masya­rakat.

“Negara tetap berperan dalam memberi arah dan kebijakan. Harapannya mampu menjadi fasilitator, guna menciptakan kekuatan mental spiritual dan jasmani anak bangsa. Ini kunci pendidikan sebagai alat pembangunan manusia yang seutuhnya,” tambah Sutiaji
Dia menerangkan bahwa urusan pendidikan bukan menjadi urusan fisik, melainkan urusan psikis yang tidak tampak. Artinya pendidikan menjadi urusan yang sangat abstrak. Dengan demikian, diperlukan pengembangan parameter yang bisa dimanfaatkan untuk mengukur capaian-capaian pendidikan.

Sampai saat ini, pihak­nya juga masih mencari cara untuk mengubah pola pendidikan. Yakni pendidikan, khususnya dari tingkat SD, SMP, hingga SMA mampu mengantarkan peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan maksimal.Sebagai pemilik kebijakan, dia mewanti-wanti agar tidak salah dalam menciptakan produk peraturan. Hal
dikhawatirkan menjadi kejahatan struktural, karena mengebiri potensi anak yang menjadi peserta didik.

“Ini tantangan bagi kita semua. Saya bisa mengatakan, bahwa pendidikan secara nasional masih belum berhasil. Tapi dengan kearifan lokal, mendatang harapannya mampu mendesain formulasi sistem dan tujuan pendidikan yang lebih baik,” bebernya
Sutiaji melanjutkan, orientasi pendidikan memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan dan kemajuan sebuah negara. Sehingga peserta didik sebagai bibit negara, perlu disiapkan lewat pendidikan yang tepat. Tepat dalam artian sesuai dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

“Anak ibarat tanaman, tanaman juga memiliki potensi masing-ma­sing. Seperti jagung dengan padi. Jagung tidak bisa tumbuh atau menjadi padi, begitu pula sebaliknya. Kesalahan kita saat ini, anak ibarat ja­gung yang dipaksakan menjadi padi,” pungkasnya mengibaratkan situasi pendidikan saat ini. (was)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News