Merdeka Belajar Dan Mengajar Oleh : Dr. Imam Mutasim, M.Pd

0
Dr. Imam Mutasim, M.Pd
Guru SMAN 6 Kota Malang Provinsi Jawa Timur

Lihat di sana bintang selamanya tidak akan pernah meninggalkan langitnya. Kolaborasi dan kemesraan antara bintang dan langitnya menjadikan keindahan dalam pandangan mata, kesejukan hati dan jiwa. Kolaborasi dan interaksi antara pebelajar dan pembelajar telah terjadi berabad-abad lamanya, hal ini menjadi keindahan dan kenyamanan dalam proses belajar dan mengajar, oleh karena itu jika ada istilah merdeka belajar maka muncul pula istilah merdeka mengajar.
Aliran konstruktivistik berbeda dengan aliran behavioristik. Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya prilaku yang nampak sebagai hasil belajar, bukan pembentukan prilaku. Menurut pandangan konstruktivistrik proses belajar adalah kegiatan mental yang aktif, bukan penerimaan secara pasif terhadap pengajaran. Selama proses belajar, pebelajar mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman, struktur mental dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa. Konstruktivisme meyakini bahwa pengetahun dan kebenaran dikonstruksi oleh manusia dan tidak berada di luar pikiran manusia.
Menurut perspektif konstruktivistik belajar ditentukan oleh complex interplay yang ada dalam pengetahuan pebelajar, konteks sosial dan masalah yang harus diselesaikan. Misi utama pendekatan konstruktivistik adalah membantu pebelajar untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui proses internalisasi, pembentukan kembali dan transformasi infomasi yang telah diperolehnya menjadi pengetahuan baru.
Budaya Paternalistik bagi sebagian masyarakat kita masih mendarah daging sehingga dunia pendidikanpun tidak bisa lepas dari budaya tersebut. Model pengajaran yang seharusnya merupakan kombinasi antara aplikasi behaviorisme dan konstruktivisme sering kali masyarakat peduli pendidikan kita merasa aneh, jika ada seorang guru di suatu kesempatan mencoba menggunakan aplikasi kontruktivisme tanpa harus bertanya kepada guru itu bagaimana kondisi siswanya. Padahal dalam kondisi tertentu guru boleh beralih dari behavioris menjadi konstruktivis.
Ketika menyampaikan pengajaran guru membahas dalam satu kompetensi dasar dan belum tuntas karena melihat siswa agar bisa belajar dengan enjoy, tidak menjemukan maka tidak salah jika tiba-tiba beralih ke kompetensi dasar yang lain, tentu dengan maksud kompetensi dasar yang belum tuntas itu akan diselesaikan di kesempatan lain alias tidak harus sesuai dengan sistematikanya dengan catatan cakupan materi dalam satu semester harus tersampaikan dalam waktu satu semester.
Bahkan ketika membahas satu kompetensi dasar belum tuntas bisa tiba-tiba guru mengajak melanjutkan materi itu dengan cara belajar di luar kelas. Ketika memberikan latihan seyogyanya guru memberikan penguat (reinforcemen) misalnya memberikan hadiah kepada masing-masing siswa yang telah memberikan jawaban, terlepas jawaban itu sempurna ataupun belum sempurna. Guru dalam kondisi tertentu boleh diam sejenak sehingga terjadi kesenyapan dengan maksud untuk merefleksi bagaimana kondisi terakhir dari siswa yang sedang dihadapi.Untuk pengajaran dalam konteks tertentu seorang guru harus menggunakan pendekatan kontruktivistik, dalam konteks dan kondisi tertentu pula guru perlu menggunakan pendekatan behavioristik. Dalam suasana dan kondisi tertentu seorang guru harus tiba-tiba menjadi seorang yang humanis. Pendekatan humanistik substansinya kita mendidik anak harus disesuaikan dengan potensi dan perkembangannya. Sebagai analogi, rombongan pengantin pria untuk datang ke rumah calon mempelai wanita “idealnya” adalah diantar dengan menggunakan mobil sedan dihiasi bunga dan pita, hal ini cocok jika jalannya mulus, datar, beraspal, di lokasi perkotaan. Kalau jalanan berlumpur, licin, kiri kanan jurang, berkelok-kelok, naik turun gunung tentu lebih tepat jika rombongan pengantin pria untuk datang ke calon mempelai wanita diantar dengan menggunakan mobil hartop, Tap GT, triton, wilis (dobel gardan) supaya tidak selip dan tergelincir. Jangan heran jika rombongan pengantin pria untuk datang ke calon mempelai wanita diantar dengan menggunakan mobil truk karena jalanan makadam, licin, berkelok-kelok, terjal, berbatuan sebesar buah kelapa hibrida. Pada prinsipnya yang menjadi skala prioritas dan pertimbangan utama adalah rombongan pengantin pria bisa sampai ke rumah calon mempelai wanita (sampai pada tujuan). Artinya pengajaran dalam konteks pendidikan kita harus legowo untuk menerima keragaman dengan tidak sepenuhnya meninggalkan adanya keseragaman.
Sebagai gambaran sekilas yang membedakan antara behavioristik dengan konstruktivistik. Aliran behavioristik pengetahuan bersifat obyektif, pasti tetap. Belajar merupakan perolehan pengetahuan, mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar si belajar diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan pengajar terhadap pengetahuan yang dipelajari. Mind berfungsi sebagai alat penjiplak struktur pengetahuan, segala sesuatu yang ada di alam telah terstruktur, teratur, rapi dan pengetahuan juga sudah terstruktur rapi. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam menambah pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan, harus dihukum. Tujuan pembelajaran menekankan pada penambahan pengetahuan, seseorang dikatakan telah belajar apabila mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari. Strategi pembelajaran merupakan ketrampilan terisolasi, mengikuti urutan kurikulum tetap, aktivitas belajar mengikuti buku teks dan menekankan pada hasil. Evaluasi merupakan respon pasif, menuntut satu jawaban benar dan evaluasi merupakan bagian terpisah dari belajar.
Aliran konstruktivistik pengetahuan bersifat nonobyektif, temporer, selalu berubah, belajar merupakan pemaknaan pengetahuan, mengajar adalah menggali makna. Si belajar bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Mind berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan tidak menentu, kitalah yang harus memberi makna terhadap realitas. Kegagalan atau ketidakberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai. Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata. Strategi pembelajaran mengikuti pandangan si belajar, penggunaan pengetahuan secara bermakna, aktivitas belajar dalam konteksnya dan menekankan pada proses. Evaluasi menuntut pemecahan ganda, penyusunan makna secara aktif dan evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News