Kariadi, Tokoh Penggerak Konservasi Lingkungan di Tengger

0
Kariadi melakukan penanaman di Desa Tosari. (Foto: Ist/IP)

Kab Malang, IP – Cak Kariadi adalah tokoh penggerak penghijauan di kawasan Tengger, Jawa Timur. Sejak tahun 1998, Kariadi bergerak di bidang konservasi alam. Saat ini, pengabdiannya berlanjut dengan mendirikan komunitas Bala Daun yang fokus melestarikan lingkungan sekaligus menjaga mata air.

Sebagai penggerak penghijauan, Kariadi mencoba menerka pola pendampingan untuk masyarakat Suku Tengger. Pasalnya, belum semua dari masyarakat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

“Karena terjunnya langsung ke masyarakat, sangat perlu mendalami budaya dan adat untuk nantinya menemukan pola kampanye konservasi,” ungkap Kariadi.

Sosok Kariadi, tokoh penggerak penghijauan di kawasan Tengger

Perjalanannya dimulai ketika ia melakukan penghijauan yang berfokus pada sumber mata air di luar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dengan membuat peta lokasi secara sistematis, Kariadi mulai menanam pohon di pinggir jalan atau di beberapa lahan masyarakat.

Namun hal itu berkali-kali mendapat penolakan, bahkan tanaman yang sudah ditanam sering kali dirusak dengan alasan mengganggu kegiatan petani.

Tetapi usahanya tidak berhenti sampai di situ. Kurangnya perhatian kawasan di luar Taman Nasional menjadi alasan kuat Kariadi untuk mendekatkan diri pada masyarakat. Dengan menyadari kentalnya tradisi dan ‘Titi Luri’, menjadikannya terjun lebih dalam lagi untuk menemukan pola yang merujuk pada perbaikan alam.

“Sebetulnya Suku Tengger ini dekat sekali dengan alam, namun terkadang mereka lupa,” tuturnya.

Memegang Erat Filosofi Tri Hita 

Dengan memegang erat filosofi Tri Hita yang mengacu pada tiga konsep, yakni Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan Kariadi mampu mengajak kembali seluruh masyarakat Suku Tengger hidup harmonis berdampingan dengan Alam.

Baca Juga:

Mengenal Boneka Petra di Upacara Kematian Masyarakat Tengger

Rafflesia, Sang Padma Raksasa Langka dan Dilindungi

Harmonisasi Kehidupan dan Ekosistem di Festival Tirta Amerta Sari

Tradisi Lisan Pentungan Sari dan Berek, Sumber Air Penyembuh Penyakit

Terminal Wisata Segera Hadir di Tumpang.

“Selain sejalan dengan ajaran umat Hindu konsep tersebut menitikberatkan hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lingkungan,” ujarnya.

Konsep ini memang telah melekat lama pada masyarakat. Melalui pelestarian lingkungan dan sumber mata air, masyarakat akan lebih mudah untuk mencapai filosofi tersebut.

Apalagi air menjadi kebutuhan dasar terutama untuk menghadap Sang Pencipta. Dengan air mereka bisa menyucikan diri. Karena itu, jika masyarakat tidak melaksanakan konsep tersebut bisa dikatakan ada yang salah pada diri mereka. Baca konten selanjutnya di Tabloid Inspirasi Pendidikan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News