GPAN Regional Malang Upayakan Peningkatan Literasi Kota Malang

0
Dokumentasi kegiatan GPAN Regional Malang. (Foto: Ist/IP)

Bagus Budiyantono, Ketua GPAN (Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara) Regional Malang menjelaskan, GPAN Regional Malang telah menjadi wadah yang berisi kumpulan anak muda. Mereka berkomitmen menjadi relawan untuk meningkatkan literasi anak di Kota Malang.

Agar tujuan tersebut dapat tercapai GPAN telah membuat dan menjalankan beberapa program kerja. Seperti BOPUS (Bocah Pustaka, ISTANBUK (Istana Buku), dan SEMLIT (Seminar Literasi).

Fokus kegiatan GPAN adalah menyasar pondok pesantren, panti asuhan, dan lingkungan yang sekiranya banyak ditemukan anak-anak untuk diajak menggalakkan literasi. Bagus menjelaskan timnya memilih tempat sasaran yang benar-benar membutuhkan bantuan untuk meningkatkan literasi.

“Tempat sasaran yang dituju merupakan pondok atau panti yang sekiranya memang belum begitu signifikan perubahannya atau yang masih dalam masa perkembangan,” jelasnya.

Awal mulanya relawan GPAN akan mengadakan ISTANBUK, yang berupa mendirikan mini perpustakaan dengan cara donasi buku-buku beserta raknya di lingkungan yang disasar.

“Kami biasanya mendirikan mini perpus, kemudian meminta izin kepada pihak yang disasar untuk melanjutkan program kerja BOPUS,” jelas Bagus.

BOPUS Pembelajaran secara Materi disertai Praktik

Ia juga menjelaskan program kerja BOPUS yang berupa pembelajaran baik secara materi atau disertai dengan praktik. Namun, biasanya berdasarkan penjelasan Bagus anak-anak lebih menyukai praktik yang diselingi dengan berbagai permainan yang edukatif.

BOPUS akan dilaksanakan di tempat yang sama selama 3 bulan, kemudian relawan akan mencari tempat sasaran baru yang dirasa butuh bantuan. Setelah program ISTANBUK dan BOPUS berakhir mini perpus akan diserahkan sepenuhnya kepada pengelola tempat sasaran.

Baca Juga : Seharusnya Masyarakat Tidak Malas Membaca

Untuk SEMLIT atau seminar literasi, adalah program kerja yang tujukan untuk kepentingan umum. Dalam seminar literasi, tim GPAN mengundang tokoh-tokoh literasi yang dirasa mampu untuk membangkitkan semangat literasi.

“Tokoh yang diundang tidak hanya yang berasal dari praktisi, kemungkinan juga akademisi sehingga semuanya lengkap. Fokus kami juga kepada pemateri yang sudah melakukan aksi seperti yang sudah mendirikan komunitas atau taman baca,” papar Bagus.

Era Digital Membuat Kekhawatiran Ketua GPAN Bertambah

Pada era digital yang memudahkan menyebar luaskan informasi membuat kekhawatiran ketua GPAN ini bertambah. Mengingat di tengah sekolah daring dan orang tua yang tidak bisa memantau anak-anaknya selama 24 jam penuh, memungkinkan siswa atau anak-anak mengakses hal-hal yang memberikan dampak negatif.

Bagus juga berharap GPAN mampu mendampingi anak-anak menjadi karakter yang baik dan menjadi sosok yang bijaksana dalam memilah dan memilih informasi. Sedangkan harapan di dunia literasi, anak-anak bisa menyukai membaca buku sejak sedini mungkin.

“Harapan saya membaca akan membuat seseorang berwawasan luas, pada intinya jika seseorang memiliki wawasan yang luas ia akan selektif dalam bertindak,” pungkasnya.

Baca Juga: Pandemi Tantangan Bentuk Inovasi Layanan Perpustakaan

Sebagai informasi, GPAN (Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara) merupakan sebuah organisasi di Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan. GPAN sendiri sudah tersebar pada beberapa wilayah Indonesia, salah satunya adalah GPAN regional Malang.

Untuk GPAN Malang, diketahui resmi didirikan oleh Imam alumnus UM (Universitas Negeri Malang) pada tanggal 15 April 2015. Dari tahun 2015 tersebut, GPAN Malang terus berkembang hingga sekarang sudah memiliki sekitar 80 anggota atau pengurus.

Saat itu, Imam mencoba melakukan observasi terkait apa yang diperlukan oleh lingkungan sekitarnya. Hingga akhirnya ia melihat angka literasi anak yang rendah. Tak lama setelahnya, ia terjun dalam dunia literasi anak dan mendirikan Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara.

Berita terlengkap lainnya baca di Tabloid Inspirasi Pendidikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News