Pojok Literasi, IP – Rumah joglo mini dibangun dengan papan lesehan di dalamnya. Sekilas pandang tampak seperti poskamling. Buku bersampul warna-warni dipajang berjajar di sisi belakang, mirip rak buku. Hijau rerimbunan tanaman menghiasi sekitar rumah joglo. Anak-anak duduk tenang di atas papan lesehan sembari membaca buku atau mewarnai gambar.
Begitulah pemandangan yang ditemukan kala bertandang ke Taman Momong di RW 1, Tanjung Sekar, Lowokwaru, Kota Malang. Taman ini merupakan program pengabdian bertajuk Pengembangan “Taman Momong Ramah Anak” sebagai Wadah Pengasuhan Anak: Ikhtiar Menanggulangi Dampak Covid-19.
Tiga tujuan yang diusung yakni penyediaan fasilitas pengasuhan bersama, pembekalan pengetahuan dan keterampilan pengasuhan anak hingga pemanfaatan Taman Momong di masa pandemi.
Istiadah, pelaksana sekaligus penggiat PGSA (Pusat Gender dan Studi Anak) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menyatakan program ini mencoba memberi ruang dan fasilitas pada anak untuk belajar. Ibu sebagai pengasuh anak dapat sekalian berkumpul dan berbagi keterampilan dan pengetahuan parenting.
“Pembatasan mobilitas (ibadah, rekreasi, belajar, bekerja) berdampak pada terbatasnya ruang bermain anak. Kasus kekerasan pada anak kian mencuat,” ujarnya.
Baca Juga: Sabtu Membaca, Lapak Baca Buku Gratis di Taman Slamet
Ia menambahkan pola asuh anak berubah dari yang awalnya dilimpahkan pada pihak sekolah menjadi sepenuhnya pada orang tua. Beberapa orang tua minim literasi parenting. Pandemi tak bisa ditampik telah mengubah kehidupan anak dan orang tua.
“Beberapa keluarga keras mendidik anak. Kesehatan fisik dan mental anak dipertaruhkan. Taman dan ruang hijau menawarkan tempat berkumpul dan berbagi kisah ibu dan anak,” kata Istiadah menambahkan.
Taman Momong dibangun di 3 lokasi dengan konsep menggabungkan urban farming. Petak tanah yang kosong ditanami. Beberapa diantaranya yakni pare, padi, labu siam.
Taman diatur tata letaknya agar bisa menjadi latar belakang foto selfi. Anak perlu ruang dan fasilitasi bermain dan belajar. Disediakan wifi gratis, lomba mewarnai, posyandu hingga penimbangan balita. Sembari mengasuh, para ibu dapat berbincang parenting pemenuhan hak anak.
“Warga diharap memanfaatkan fasilitas Taman Momong untuk sarana edukasi,” tambahnya.
Beberapa pelatihan untuk ibu-ibu digelar. Di antaranya penanaman sayur hingga pengolahan lidah buaya untuk kecantikan, makanan, dan hand sanitizer.
Baca Juga: Siswa-siswi SDK Santa Maria III Belajar Menulis dengan Mengamati
Ibu-ibu diberi paparan manfaat tanam sayur sebagai konsumsi sehari-hari. Pandemi nan mencekik kondisi perekonomian memaksa para ibu agar lebih cermat mengelola keuangan keluarga.
“Diedukasi jenis-jenis tanaman, selanjutnya menanam sendiri. Agar tak konsumtif, menguangi pos pengeluaran,” kata Istiadah menambahkan.
Sayur menjadi makanan bergizi yang bagus untuk keluarga. Dengan menanam sendiri, biaya bahan masak harian dapat diminimalisir. Sayur juga dapat dipanen berulang kali. Beberapa sayur yang ditanam memang ditujukan untuk kesehatan ibu dan anak.
“Daun kelor direkomendasikan untuk perempuan menyusui untuk memperlancar ASi,” tambahnya.
Para ibu dilibatkan langsung dalam penanaman dan perawatan tanaman. Mulai pembuatan kompos dari limbah, penanaman sayur hingga perawatan. Distribusi panen juga diserahkan pada para ibu. Selanjutnya akan dibentuk susunan organisasi pengelola Taman Momong agar terjaga keberlangsungan aktivitasnya.
“Harapan kedepannya, di perkampungan perlu diadakan sistem terpadu pusat informasi dan konseling tentang ibu dan anak,” pungkas Istiadah. (Eka)