Sepetak ruangan di sisi kanan depan rumah Hariani, disusun rak-rak buku. Ratusan koleksi buku dipajang. Sejak SMA, sang empu memang menyukai giat membaca. Tak ingin mengecap nikmatnya informasi dan pengetahuan sendirian, ia membuka rumah baca untuk tetangga dan rekan yang berkenan. Rumah Literasi Candi Panggung dia beri nama, dibuka sejak awal 2021. Setiap Sabtu dan Minggu, pukul 9.00 hingga 13.00 WIB atau menyesuaikan kondisi.
Ratusan buku mulai dari bacaan anak, novel, komik, hingga buku sejarah ia tawarkan baca ditempat. Mengusung tagline “Bersama Menebarkan Ilmu Melalui Aksara”, Hariani mengajak tetangga baik anak-anak, remaja, ibu-ibu hingga bapak-bapak agar suka membaca. “Sejak SMA suka membaca, suka menulis. Koleksi buku justru kebanyakan dibeli tahun ini, nyicil tiap habis gajian beli buku,” imbuhnya.
Sebagai pegawai di salah satu dinas di Malang, Hariani menganggarkan sebagian gajinya dialokasikan untuk menambah koleksi buku. Ia mengaku lebih suka membeli buku melalui situs belanja online. “Suka isu sejarah, beberapa buku sejarah dibeli untuk bacaan pribadi atau referensi menulis tentang sejarah,” kata Hariani menambahkan.
Kendala yang ia hadapi yakni belum melakukan pendataan atas koleksinya. Beberapa teman yang meminjam bukunya tak mengembalikan. Tanpa pendataan, sampai-sampai ia lupa judul buku, siapa peminjam hingga kapan peminjamannya. “Beberapa buku tak kembali,” ungkap Hariani.
Baca Juga: “Taman Momong Ramah Anak” Wadah Pengasuhan Bersama
Di tengah kesibukannya sebagai pegawai kantoran, menulis di media sekaligus berperan sebagai ibu dan istri, Hariani menyempatkan waktunya di hari Sabtu dan Minggu menerima anak-anak sekitar yang ingin berkonsultasi pekerjaan rumah (PR) yang diberikan sekolah. Biasa mereka mengerjakan PR di ruang baca. Hariani sembari mengajarkan cara penggrapan PR, juga menebarkan virus membaca.
“Akses buku bacaan untuk anak kadang sulit. Di sini anak-anak bisa membaca komik, dongeng, hingga novel,” kata Hariani memaparkan. Pendekatan halus dilakukannya. Beberapa kesempatan ia mengajak anak mewarnai atau ngobrol, berdiskusi ringan untuk memancing ketertarikan tema yang disukai anak. Diarahkannya anak mengambil inisiasi membaca, atas kemauan sendiri.
Mengajak membaca di tataran sekitar rumah menghadapi kendala tak pastinya pengunjung. Hariani mlihat anak-anak saat ini kurang begitu menyukai aktivitas membaca buku. Ia bercita-cita dapat memberi akses baca untuk anak-anak yang memang berkeinginan membaca. “Suatu hari saya mengadakan kegiatan di belakang salah satu stasiun di Kota Malang. Ada satu keluarga dengan dua anak yang tidak bersekolah,” ungkapnya.
Baca Juga: Rahasia Menjadi Guru Idola Oleh : Bryan Satriya Hanggar Fidianata Putra
Ia mendatangi anak-anak tersebut, bertanya alasan mengapa. Faktor ekonomi menjadi alasan. Apalagi rumahnya di sekitar stasiun, mereka lebih sering berjualan. Menyisihkan masa kanak-kanak dengan kenikmatan belajar dan bermain demi mencari sesuap nasi, membantu keluarga.
Hariani mengisahkan miris melihat kondisi ini. Beberapa anak yang mendapat kesempatan sekolah dan belajar kerap ogah-ogahan membaca buku. Sementara di sisi lain, dalam kota yang sama terdapat anak-anak yang bahkan untuk memikirkan haknya atas pendidikan saja tak sempat.
Ia berkeinginan selanjutnya dapat menggelar sistem belajar luar sekolah untuk anak-anak kurang beruntung dalam akses pendidikan. Hariani mengaku belum menemukan tim dengan pemikiran sama yang bersedia bekerja sama. “Ingin mengajak membaca untuk anak-anak yang benar-benar mau, namun kondisinya terbatas. Mereka biasanya lebih serius membaca,” ungkapnya menutup perbincangan dengan jurnalis Insipirasi Pendidikan kala bertandang ke rumah bacanya. Baca berita terlengkap di Tabloid Inspirasi Pendidikan